Tag: Seniman

  • Bonnie Triyana Minta Pemerintah Lebih Perhatian Terhadap Sejarawan dan Seniman

    Bonnie Triyana Minta Pemerintah Lebih Perhatian Terhadap Sejarawan dan Seniman

    PANDEGLANG, BANPOS – Sejarawan, Bonnie Triyana mendesak agar pemerintah lebih cermat dalam memperhatikan para sejarawan dan seniman di Indonesia. Dia menilai, saat ini masih banyak sejarawan dan seniman khususnya yang berada di daerah belum memperoleh perhatian dari pemerintah.

    “Negara mutlak harus hadir untuk memastikan agar sejarawan dan seniman bisa menerima support dari negara,” kata Bonnie saat menggelar diskusi di salah satu cafe di Kabupaten Pandeglang, Selasa (23/1/2024).

    Menurutnya, sejauh ini para pelaku seni budaya hanya dijadikan alat untuk meraih kekuasaan saja.

    “Contoh di Banten ini banyak pelaku seni budaya seperti silat, tapi itu hanya menjadi alat untuk mengumpulkan masa saja dan ujung-ujungnya hanya sebagai alat untuk ke arah politik,” jelasnya.

    Politisi PDI-P yang juga Caleg DPR RI Dapil Banten I tersebut mendorong agar pemerintah bisa hadir untuk pelaku seni budaya di Indonesia khususnya Provinsi Banten.

    Sehingga pelaku seni budaya bisa lebih meningkatkan kualitas agar bisa dipadukan dengan kemajuan jaman saat ini.

    “Problem kebudayaan saat ini, bagaimana kita mentrasformasikan kepada dunia yang saat ini sudah semakin modern. Saat ini kita harus support seniman, sehingga bisa ditularkan kepada anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah,” ungkapnya.

    Sementara itu, Seniman rupa dan inisiator Lembaga Pengembangan Seni Rupa Banten, Gebar Sasmita menyebut Indonesia saat ini tidak memiliki keindahan terutama dari sisi seni dan budaya.

    “Yang ada saat ini hanya darah dan keringat terutama dari sisi seni dan budaya. Karena saat ini sudah banyak pelaku seni dan budaya yang sudah berafiliasi dengan partai,” katanya.

    Dia menilai, saat ini ada beberapa pelaku seni yang tidak mengedepankan etika dalam menampilkan pertunjukan seni. Meskipun saat ini terdapat kebebasan untuk mengekspresikan pertunjukan pentas seni.

    “Ada beberapa pentas seni seperti pertunjukan teater, namun tidak mengedepankan rambu-rambu. Seperti menampilkan yang mengarah ke porno. Saya tidak menyalahkan kebebasan, namun meski seperti itu harusnya ada rambu-rambu. Saya berbicara seperti ini supaya kita bisa menjaga marwah dari seni dan budaya di Indonesia,” katanya. (DHE/DZH)

  • Ketua DPRD Lebak Bikin Seniman Kecewa

    Ketua DPRD Lebak Bikin Seniman Kecewa

    LEBAK, BANPOS – Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Lebak, M Agil Zulfikar, dituding membuat sejumlah seniman kecewa.

    Hal tersebut lantaran Agil diketahui tidak hadir bahkan tidak memberikan konfirmasi kepada panitia bahwa dirinya membatalkan hadir dalam kegiatan Diskusi Reposisi Seni, Anggaran dan Kebijakan yang diselenggarakan oleh Teater Guriang.

    Dikutip dari postingan Instagram @Teater_Guriang, Agil melalui Ajudannya menyatakan diri siap untuk menjadi salah satu narasumber dalam kegiatan tersebut.

    “Sampai di hari kegiatan, tidak ada konfirmasi @agilzulfikar membatalkan datang ke diskusi. Dan sampai kegiatan beres digelar, @agilzulfikar tidak ada itikad baik untuk datang dan memberi konfirmasi terkait ketidak hadirannya,” tulis akun Instagram tersebut dalam postingan tangkapan layar pesan Whatsapp dengan Ajudan Agil.

    Padahal menurutnya, peserta diskusi sudah banyak berdatangan dari berbagai wilayah di Banten. Bahkan, sikap Agil dinilai sebagai sikap acuh terhadap persoalan kebudayaan.

    “Dan sikap-sikap pimpinan seperti ini, yang tidak mau berdialog dengan masyarakat kebudayaan. Menjadi salah satu faktor, bahwa ekosistem tidak dapat terbangun dengan baik,” tandas postingan tersebut.

    Sementara itu, Direktur Guriang Tujuh Indonesia, Dede Abdul Majid, mengatakan bahwa dalam diskusi tersebut, Agil Zulfikar dan Pj Bupati Lebak, Iwan Kurniawan direncanakan sebagai narasumber. Keduanya pun tidak hadir dalam kegiatan itu.

    Namun bedanya, Iwan  sudah memberikan kabar sebelumnya jika dirinya bakal tidak hadir dalam acara tersebut.

    “Kami kecewa, hingga diskusi dimulai, ketua tak ada kabar dan mengkonfirmasi bakal tidak hadir. Sehingga kami merasa sangat dikecewakan atas hal tersebut,” kata Majid saat dihubungi wartawan, Jumat (29/12).

    Lebih lanjut Majid menyampaikan, banyak budayawan dan seniman senior yang hadir, dan menunggu jawaban dari wakil rakyat, salah satunya ketua DPRD Lebak, dalam mendukung kemajuan kebudayaan.

    “Namun kami sudah menunggu lama, banyak peserta dan budaya senior, tetapi Ketua DPRD Lebak malah tidak hadir, dan kami merasa kecewa terkait hal itu,” tandas Majid.

    Hingga berita ini ditulis, BANPOS masih berupaya menghubungi Ketua DPRD Lebak (MYU)

  • Perjalanan Panjang Karya Maestro Lukis Gebar Sasmita Dipamerkan

    Perjalanan Panjang Karya Maestro Lukis Gebar Sasmita Dipamerkan

    PANDEGLANG, BANPOS – Seorang seniman asal Pandeglang, Gebar Sasmita memamerkan karya rupa melalui Pameran Tunggal ‘Perjalanan Panjang’ yang dibuka sejak tanggal 24 Juni 2023 di Bale Budaya Kabupaten Pandeglang.

    Berakhir pada tanggal 1 Juli 2023, pameran ini menampilkan lebih dari 50 karya rupa, termasuk lukisan dan patung.

    Gebar Sasmita merupakan seorang seniman yang menjadi tahanan politik Orde Baru yang dipenjara sejak usia 14 tahun. Sejak tahun 1965 sampai 1979, Gebar menjalani hidup dari penjara ke penjara, tanpa proses pengadilan.

    Perjalanan yang ditempuhnya hingga di usianya yang kini menginjak 72 tahun banyak menginspirasi karya-karyanya, termasuk, pertemuannya dengan Hendra Gunawan, pelukis yang dikenal dengan aliran ekspresionisnya.

    Aliran ekspresionisme yang cenderung menggunakan warna-warna cerah dan ekspresif, menjadi salah satu mekanisme Gebar Sasmita untuk meluapkan kegetiran rasa dan emosi, setiap kali mengingat kejahatan kemanusiaan maupun ketidakadilan yang acap kali ia saksikan semasa hidupnya.

    Bagi Gebar, seni adalah perjalanan spiritual, salah satu cara yang bisa menjaga sisi kemanusiaannya.

    “Seni adalah perjalanan spiritual. Sebuah perjalanan rasa. Seni menjadi mekanisme diri ketika saya menghadapi situasi yang sulit. Lewat seni saya bisa mengekspresikan rasa dan emosi saya. Tiap kali ada yang menggetarkan jiwa, karena saya adalah pelukis, maka saya melukis,” ungkapnya.

    Menurut Gebar, dalam situasi yang penuh tekanan dan ketidakpastian, seni dapat memberikan tempat untuk merenung dan mencari ketenangan dalam diri.

    Ia pun mengenang salah satu karya pertamanya, sebuah pahatan batu yang dibuatnya di mulut gua di Nusa Kambangan.

    “Saat di Nusa Kambangan, ada kalanya selama dua tahun kami para tahanan tidak diberi makan oleh pemerintah. Kami mencoba berbagai macam cara untuk tetap hidup. Mulai dari makan cicak hingga bubur tanah. Pengalaman itu, yang membuat saya sangat ingin pulang, ingin sekali merasakan makan bersama orang tua saya,” kenangnya.

    Penjara Nusa Kambangan menjadi tempat penahanan terakhir sebelum akhirnya Gebar dibebaskan pada tahun 1979. Harapan untuk bisa kembali makan bersama sang ibu tidak dapat terwujud karena pada saat Gebar dibebaskan, orang tuanya telah meninggal.

    Harapan itulah akhirnya ia goresan dalam lukisannya yang berjudul ‘Potret’ (1984) dan ‘Perjalanan Panjang’ (1984) Karya-karya Gebar tidak hanya mengulas sisi kemanusiaan berikut tragedinya.

    Bagi Gebar, kebudayaan juga menjadi salah satu daya tarik yang menginspirasinya. Beberapa karyanya banyak mendokumentasikan kebudayaan masyarakat Banten yang kini mulai terkikis, seperti pertunjukan teater rakyat ubrug hingga ritual nukuh.

    Pameran tersebut merupakan bagian dari program Ruang Publik Berkreasi x Telusur Kultur yang digagas oleh Pandeglang Creative Hub bersama Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Banten serta Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Pandeglang.

    Melalui program tersebut, Pandeglang Creative Hub yang digagas oleh seniman dan budayawan muda di Pandeglang berharap bisa kembali menghidupkan Bale Budaya Pandeglang sebagai ruang publik.

    “Ada rasa haru ketika anak-anak muda ini bisa menyediakan wahana pameran tunggal untuk saya. Karena sebagai seniman, saya tidak akan mungkin bisa menyelenggarakan pameran tunggal ini sendirian. Perlu ada generasi muda seperti kawan-kawan di Pandeglang Creative Hub yang meneruskan perjalanan panjang berkesenian,” jelasnya.

    Diketahui, pada pembukaan pameran tunggal Gebar Sasmita ‘Perjalanan Panjang’ juga dihadiri Firman Lie, staf pengajar Seni Murni di Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

    Firman Lie banyak belajar soal kehidupan dari karya-karya Gebar Sasmita. Sosok Gebar Sasmita menurut Firman Lie adalah seniman yang sampai saat ini masih sangat energik.

    “Saya belajar banyak tentang kehidupan dari karya-karya Gebar Sasmita. Hadir di pameran ini membuat saya takjub karena ada banyak karya Kang Gebar yang baru saya lihat di sini,” ungkapnya.

    Firman Lie juga berharap, karya-karya dan pemikiran Gebar Sasmita dapat dituliskan dan dinarasikan agar publik bisa belajar tentang pikiran Gebar Sasmita, bukan hanya dapat melihat karyanya saja, tapi mengerti tentang pikiran dan juga rasa kemanusiaan dari Gebar Sasmita. (MUF)

  • Seniman dan Sastrawan Remy Sylado Meninggal Dunia

    Seniman dan Sastrawan Remy Sylado Meninggal Dunia

    JAKARTA, BANPOS – Seniman dan sastrawan Indonesia Remy Sylado telah berpulang ke sisi Maha Kuasa pada Senin.

    “Telah berpulang hari ini, seorang seniman besar Indonesia yang juga seorang budayawan, novelis, penulis cerita film, dan bagi saya beliau juga merupakan seorang aktor besar Indonesia, Remy Sylado,” kata Ketua Humas Pengurus Besar Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) Evry Joe dalam pesan suara yang diterima, Senin (12/12/2022).

    Joe mengenang Remy Sylado sebagai sosok sahabat yang dekat dengan dirinya. Ia mengingat Remy sebagai sosok seniman serba bisa yang terampil dalam berkarya, mulai dari penulisan lagu, penulisan cerita dan novel, serta buku puisi.

    “Kami dari PB PARFI mengucapkan selamat jalan, Bang Remy Sylado. Semoga karya-karya yang kau tinggalkan menjadi ladang amal untukmu di akhir hayatmu,” kata Joe.

    “Semoga semua karyamu menjadi pelajaran untuk kami yang ditinggalkan, terutama keluarga untuk mengikhlaskan seniman besar kita. Karya-karyamu selalu kami kenang, semoga surga adalah tempatmu,” imbuhnya.

    Remy Sylado terlahir dengan nama Japi Panda Abdiel Tambajong, di Minahasa, Sulawesi Utara, 12 Juli 1945.

    Dikenal dengan nama pena tersebut, ia telah berkarya sebagai seorang sastrawan, dosen, novelis, penulis, penyanyi, aktor dan mantan wartawan.

    Kariernya berlangsung lebih dari lima dekade. Sebagai aktor, ia muncul di belasan film layar lebar dan merupakan salah satu aktor paling disegani di generasinya.

    Di dunia film, Remy tiga kali meraih nominasi di Festival Film Indonesia sebagai Pemeran Pendukung Pria Terbaik. Adapun film-film yang membuatnya mendapatkan nominasi tersebut adalah “Tinggal Sesaat Lagi” (1987), “Akibat Kanker Payudara” (1988), dan “2 dari 3 Laki-laki” (1990).

    Selain itu, ia juga seorang penulis aktif yang beberapa karyanya telah diadaptasi ke layar lebar. Salah satu film populer yang pernah dibuat berdasarkan tulisannya adalah “Ca-bau-kan” (2002) dari novel berjudul sama “Ca-bau-kan: Hanya Sebuah Dosa” (1999). (ANT)