SULAWESI SELATAN, BANPOS – Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) berkolaborasi dengan Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD) Siberkreasi menyelenggarakan kegiatan Pekan Literasi Digital bersama kelompok masyarakat dan komunitas di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, akhir pekan lalu.
Pekan Literasi Digital menghadirkan narasumber-narasumber yang ahli di bidangnya untuk meningkatkan kapasitas literasi digital masyarakat umum dalam menggunakan teknologi digital dengan lebih optimal.
Kegiatan ini diselenggarakan di Ballroom Lily B, Hotel Four Points by Sheraton Makassar, dengan dihadiri sekitar 500 peserta secara luring dan daring melalui platform Zoom Meeting.
Berdasarkan hal tersebut, Kemenkominfo berkolaborasi dengan sejumlah komunitas dan kelompok masyarakat untuk melakukan literasi kepada masyarakat tentang materi yang didasarkan pada 4 Pilar Utama Literasi Digital, yaitu kecakapan digital, etika digital, budaya digital, dan keamanan digital.
Acara dibuka oleh Bonifasius Wahyu Pudjianto selaku Direktur Pemberdayaan Informatika Kemenkominfo.
Bonifasius menyampaikan bahwa transformasi digital membawa dampak positif bagi masyarakat, tetapi transformasi digital dan kemajuan teknologi juga mempunyai dampak negatif untuk masyarakat.
“Transformasi digital dapat membawa dampak baik bagi masyarakat, namun dengan adanya kemajuan teknologi juga memiliki dampak negatif. Jangan sampai terjadi hal hal yang tidak diinginkan seperti kebocoran data dan penyebaran hoaks,” ujar Bonifasius dalam keterangannya, Rabu (21/6).
Asisten II bidang Perekonomian dan Pembangunan Sekretariat Daerah Kota Makassar, Rusmayani Madjid menjelaskan, Pekan Literasi Digital Kota Makassar adalah sebuah langkah strategis dalam menghadapi kemajuan digital.
“Pekan Literasi Digital yang dilaksanakan hari ini adalah sebuah langkah strategis dalam menghadapi kemajuan digital, banyak tantangan yang bisa dihadapi oleh kemajuan digital.” ujar Rusmayani.
Pekan Literasi Digital Kota Makassar terbagi menjadi empat sesi, yaitu sesi Obral-obrol Literasi Digital (OOTD), sesi Kelas UMKM, Kelas Public Speaking dan Sesi Kelas Podcast. Sesi OOTD diisi Jusman (Kepala Bidang Aplikasi dan Informatika), Devie Rahmawati (Pegiat Literasi Digital Vokasi Universitas Indonesia), Rijal Djamal (Public Speaker, Content Creator dan CEO Bedabaik).
Jusman menyampaikan bahwa kondisi Literasi Digital di kota Makassar pada saat ini memiliki indeks Literasi Digital sebesar 3,5 persen.
Di Sulawesi Selatan, kepemilikan media yang paling banyak digunakan adalah Whatsapp dan Facebook, dan mayoritas masyarakat Sulawesi Selatan mengakses internet pada pukul 07:01 – 10:00, dan 10:01 – 12:00.
Adapun sebanyak 40.59 persen masyarakat Sulawesi Selatan menggunakan media sosial karena orang-orang terdekat seperti teman atau keluarga mereka menggunakan media sosial. Devie Rahmawati menjelaskan tentang pentingnya 4 pilar literasi digital bagi masyarakat.
Ia menegaskan bahwa kecakapan digital tidak hanya sekedar mengedit foto atau video saja, Literasi Digital perlu dimiliki oleh masyarakat guna menghadapi transformasi digital.
Rijal Djamal turut menambahkan tentang menyikapi transformasi digital dengan hal yang positif. Salah satunya adalah melalui industri kreatif yang beragam.
“Kita bisa larikan ke industri kreatif dan ekonomi, literasi digital bagi saya adalah harga diri dan adaptasi maka peluangnya sudah pasti sisi positif dan sisi negatif yang menentukannya sisi positif dan negatif dari literasi digitalnya,” ujar Rijal.(RMID)