Tag: Timnas Prancis

  • Tiga Pemain Prancis Sakit Jelang Final Piala Dunia 2022

    Tiga Pemain Prancis Sakit Jelang Final Piala Dunia 2022

    JAKARTA, BANPOS – Raphael Varane, Ibrahima Konate dan Kingsley Coman tidak mengikuti latihan Jumat karena gejala serupa flu ketika final Piala Dunia melawan Argentina tinggal dua hari, kata seorang sumber yang dekat dengan tim seperti dikutip AFP, Sabtu.

    Coman terpaksa melewatkan sesi latihan Kamis karena “sindrom virus ringan”, kata Federasi Sepak Bola Prancis (FFF).

    Coman duduk di bangku cadangan saat Prancis menang 2-0 atas Maroko dalam semifinal Rabu.

    Kondisi Varane dan Konate akan membuat pelatih Prancis Didier Deschamps khawatir karena mereka sukses membangun kemitraan pertahanan yang tangguh kala melawan Maroko.

    Konate menggantikan Dayot Upamecano setelah absen karena sakit.

    Adrien Rabiot yang berperan sangat penting di lini tengah Prancis sudah lebih dulu absen dalam semifinal karena sakit. (ANT)

  • Pasar Taruhan Harapkan Kylian Mbappe Sisihkan Lionel Messi

    Pasar Taruhan Harapkan Kylian Mbappe Sisihkan Lionel Messi

    JAKARTA, BANPOS – Pasar taruhan terkemuka mengatakan kepada AFP bahwa mereka mendoakan Kylian Mbappe dan Prancis menang atas Lionel Messi dan Argentina dalam final Piala Dunia 2022 esok.

    Piala Dunia sudah menjadi tambang emas untuk para bandar taruhan, namun penampilan mengesankan Messi dalam memimpin timnya telah membuat sejumlah bandar judi ketakutan.

    William Woodhams, CEO bandar taruhan tertua di dunia Fitzdares, mengaku menjagokan Prancis.

    “Kami takut kepada gol Messi dan kemenangan Argentina,” kata dia seperti dikutip AFP. “Kami membutuhkan Mbappe untuk mencetak gol yang lebih banyak ketimbang Messi dan agar Prancis menang.”

    Woodhams mengatakan Messi sudah menjadi favorit semua orang sehingga menyisihkan Mbappe sekalipun kedua pemain masuk final sebagai pencetak gol terbanyak dengan masing-masing lima gol.

    Mbappe gagal mencetak gol sejak menyarangkan dua gol ke gawang Polandia dalam pertandingan 16 Besar.

    “Semua taruhan menempatkan Messi menjadi pemenang Sepatu Emas,” kata Woodhams. “Sebelum turnamen, taruhan lebih dipasang di Mbappe tetapi orang-orang melihat peluang itu kini ada di Messi.”

    “Jika dia memenangkan Sepatu Emas, bisa memaksa kami mengeluarkan 500 ribu pound (Rp9,49 miliar).

    David Stevens, kepala hubungan masyarakat bandar taruhan Coral, mengatakan kedua belah pihak imbang

    “Mengingat begitu tipisnya pertaruhan yang dipasang kepada kedua tim ini, maka tidak mengherankan jika final ini berlanjut kepada adu penalti,” kata Stevens. (ANT)

  • Membayangkan Pertarungan Messi melawan Mbappe

    Membayangkan Pertarungan Messi melawan Mbappe

    JAKARTA, BANPOS- Lionel Messi dan Kylian Mbappe sama-sama bermain untuk Paris Saint Germain. Keduanya mitra sekaligus bersaing dalam klub raksasa Liga Prancis itu.

    Keduanya tampil menawan dan inspiratif selama Piala Dunia 2022 di Qatar yang memiliki klub mereka yang royal mengeluarkan dana besar untuk membeli pemain-pemain terhebat di dunia, termasuk mereka dan Neymar.

    Kini kedua pemain berbeda usia itu bertarung dalam partai puncak turnamen sepak bola terbesar sejagat yang awalnya dipenuhi kontroversi namun kemudian pupus begitu turnamen ini mulai.

    Pertarungan Prancis dengan Argentina bukan saja laga klasik antara dua kutub sepak bola yang sama-sama sudah dua kali menggenggam trofi lambang supremasi sepak bola global itu. Laga ini juga pembuktian siapa di antara Lionel Messi dan Kylian Mbappe yang terbesar.

    Sudah empat Messi mengikuti Piala Dunia dan selalu saja trofi ini lepas dari jangkauan sang superstar.

    Kini pada edisi yang kelimanya dan setahun setelah dia akhirnya memasukkan trofi turnamen besar bersama timnasnya, Copa America, dalam almari pialanya, Messi berpeluang mewujudkan mimpi seumur hidupnya bersama skuad Tim Tango edisi 2022 yang disebutnya memiliki visi dan pandai membaca arah permainan.

    Sedangkan bagi Mbappe, ini adalah Piala Dunia keduanya. Dia bersiap menjadi salah satu dari segelintir orang yang berusaha menyamai generasi Pele menjadi juara dunia dua kali berturut-turut.

    Kedua superstar ini berbeda jauh usianya. Messi 35 tahun, Mbappe 23 tahun. Namun di lapangan hijau, perbedaan usia itu tak terlihat.

    Ini karena mereka sama-sama tampil menawan. Mereka membuat orang-orang berdecak kagum oleh caranya mencari ruang, oleh bagaimana mengolah bola, oleh betapa piawainya mereka memperdaya lawan, dan oleh visinya dalam memetakan arah permainan.

    Mereka berdua juga sama kreatifnya. Hanya sedikit perbedaan di antara keduanya, termasuk soal kecepatan berlari.

    Messi yang sudah dimakan usia tentu tidak secepat dulu. Sebaliknya, dengan kecepatan berlari 35,3 km per jam kala melawan Polandia, Mbappe bersama Kamaldeen Sulemana, Nico Williams, David Raum, Antonee Robinson, Daniel James, Achraf Hakimi dan Ismaila Sarr adalah sprinter-sprinter fantastis.

    Tetapi dalam soal kreativitas, Messi tak kalah dari Mbappe. Bahkan mungkin di atasnya.

    Dua pertandingan terakhir Piala Dunia 2022 membuktikan keluhuran kreativitas mereka itu kala Messi melakukannya saat menghadapi Kroasia, sedangkan Mbappe saat melawan Maroko.

    Messi merancang gol ketiga Argentina dalam pertandingan semifinal melawan Kroasia dengan cara yang sensasional. Tetapi kemaestroannya segera disamai Mbappe yang juga meliuk-meliuk mengelabui lima pemain lawan sebelum merancang gol kedua Prancis kala melawan Maroko.

     

    Atraksi paling ditunggu

    Aksi mereka menjadi atraksi yang sangat ditunggu suporter bola, apalagi berbeda dari sebelum ini ketika mereka sering tampil bareng untuk saling mendukung menciptakan gol untuk PSG, mereka kini masuk lapangan berbarengan dalam kondisi saling berhadapan untuk saling memangsa.

    Keduanya memiliki para deputi yang tahu apa mau mereka. Mereka memiliki asisten-asisten haus gol yang sama pintarnya dalam membaca permainan, dan tahu bagaimana membebaskan dua superstar dari kawalan lawan.

    Tapi sering pula kedua pemain ini sendiri yang kreatif menciptakan ruang bagi dirinya sendiri. Mereka juga tahu pasti kapan harus menggiring bola sendirian dan kapan harus mengirimkan bola kepada rekan-rekannya.

    Jika Mbappe sering ditaruh dalam posisi sayap yang mengapit Olivier Giroud bersama Ousmane Dembele di kanan, dan Antoine Griezmann sebagai false nine, maka Messi ditempatkan sebagai ujung tombak kembar yang belakangan disandingkan dengan Julian Alvarez.

    Keduanya berusaha disembunyikan dalam posisi yang membuat lawan ragu mengawalnya. Mbappe membuat lawan ragu apakah harus mengawal Giroud, Dembele atau dia. Messi membuat lawan terpecah antara harus mengawal Alvares dan lainnya, atau dia.

    Tetapi tetap saja, mereka berdua yang akhirnya menjadi sasaran utama bek-bek lawan.

    Mbappe dikuntit Kyle Walker kala melawan Inggris dan kemudian Achraf Hakimi saat melawan Maroko, sementara Borna Sosa menjadi salah satu yang setia membuntuti gerakan Messi.

    Semuanya tak begitu berhasil, karena andai pun pengawalan berhasil membuat kedua megabintang tak mencetak gol, umpan-umpan kedua superstar lapangan hijau ini sungguh tak bisa dikendalikan.

    Itulah yang terjadi ketika Prancis menutup kisah dongeng Maroko dalam semifinal lalu, dan Argentina dalam membuyarkan impian Kroasia masuk final Piala Dunia untuk kedua kali berturut-turut dalam semifinal lainnya.

    Kini, apakah Nahuel Molina akan pula ditugaskan meredam Mbappe, dan apakah Theo Hernandez yang cukup berhasil meredam Hakim Ziyech bisa melumpuhkan Messi nanti.

    Butuh lebih dari sekadar kekuatan fisik dan energi untuk menjinakkan mereka karena semua pemain yang ditugaskan membuntuti kedua superstar membutuhkan pula kecerdasan dalam membaca gerakan mereka.

    Tanyakan ini kepada Josko Gvardiol yang dengan tubuh besarnya dan mungkin menyangka Messi sudah lamban, tak bisa mengatasi gerakannya yang meliuk-liuk di tepi kotak penalti Kroasia sebelum mengirimkan umpan dari sudut sempit di dalam kotak penalti kepada Julian Alvarez.

    Tanyakan itu kepada Sofyan Amrabat dan Achraf Dari, serta tiga pemain Maroko lainnya yang gagal menghentikan Mbappe walaupun umpan terusan Mbappe kepada Randal Kolo Muani berbau keberuntungan mengingat sempat terbelokkan kaki pemain Maroko.

    Mungkin saja pelatih Argentina Lionel Scaloni akan langsung menurunkan Lisandro Martinez untuk membentuk formasi tiga bek bersama Cristian Romero dan Nicolas Otamendi, guna menangkal agresi Mbappe. Tetapi tubuh besar Ibrahima Konate atau jam terbang tinggi yang dimiliki Raphael Varanejuga bukan jaminan bisa menjinakkan Messi. Josko Gvardiol, Borna Sosa, Nathan Ake, Daley Blind, dan lainnya dibuat keteteran oleh Messi.

     

    Paling menonjol dalam timnya

    Mengawal kedua pemain ini tak saja dibutuhkan fokus kepada bola dan kaki kedua pemain, karena bek-bek lawan membutuhkan aspek yang mustahil mereka miliki, yakni mengontrol jalan pikiran kedua megabintang, tentang ke mana mereka akan mengarahkan bola, apakah akan menembakkannya sendiri atau meneruskannya kepada rekan-rekan satu timnya.

    Tetapi dua bintang klub Prancis yang dimiliki penguasa Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani ini memang mutlak dikawal karena membiarkan mereka bebas berkeliaran sama artinya melepas macan di kebun binatang.

    Mereka sama-sama sudah mencetak lima gol dan paling banyak menciptakan peluang gol untuk timnya masing-masing. Mbappe menciptakan 25 peluang, Messi membuat 27 peluang.

    Tak hanya itu, mereka juga pemain yang paling sering menjadi sasaran umpan rekan-rekannya, termasuk kala menerima bola di antara lapangan tengah dan lini pertahanan lawan. Di sektor ini, Mbappe sudah 147 kali menerima bola, sedangkan Messi 123 kali.

    Mereka bisa begitu karena mempunyai mitra-mitra yang membuat mereka bisa mencapai statistik-statistik itu.

    Oleh karena itu, kalaupun Messi versus Mbappe adalah episode paling menarik dalam laga final Piala Dunia 2022 nanti itu, sebenarnya ini juga pertarungan antara Rodrigo de Paul dengan Aurelien Tchouameni.

    Dua gelandang pekerja keras ini adalah pembuka gerbang pertahanan lawan dan sekaligus jangkar yang menangkal lawan sebelum merangsek teritori pertahanan.

    De Paul malah lebih istimewa lagi. Ini adalah pemain Argentina yang paling tinggi jelajah berlarinya, paling sering menusuk dan memotong serangan lawan, serta paling sering menerima dan mengirimkan bola.

    Dia adalah satu dari tiga pemain Argentina berstatistik tinggi selain Messi dan Angel de Maria. Sedangkan dari Prancis, ada empat pemain paling menonjol termasuk Mbappe. Tiga lainnya adalah Tchouameni, Antoine Griezmann dan Ousmane Dembele.

    Laga ini juga kontes untuk dua kiper hebat yang masih tersisa dalam Piala Dunia 2022, antara Emiliano Martinez dengan Hugo Lloris. Martinez sudah 34 kali menyelamatkan gawang Argentina, sedangkan Lloris sudah 53 kali menghindarkan gawang Prancis dari kebobolan.

    Tetapi cara semua pemain kedua, termasuk bek-bek mereka, akan paralel dengan bagaimana Messi dan Mbappe memainkan bola.

    Mereka juga dua calon pasti peraih Sepatu Emas, namun siapa di antara mereka yang meraih trofi, lebih sulit diprediksi.

    Messi mungkin lebih bernafsu ketimbang Mbappe yang sudah mendapatkan trofi itu pada 2018 dalam usia hanya satu tahun lebih tua dibandingkan ketika Messi melakukan debut Piala Dunia pada 2006.

    Namun Messi mungkin tak peduli dengan rivalitas diam-diamnya dengan Mbappe. Sebaliknya Mbappe mungkin menganggap sekuen ini salah satu bagian paling menarik dalam balik sekuel akhir Piala Dunia 2022 ini.

    Apakah ini puncak dari segala puncak karier Messi atau justru pengukuhan untuk era cemerlang Mbappe? Dua hari lagi jawabannya. (ANT)

  • Ini Prediksi Prancis vs Maroko, Semifinal Piala Dunia 2022

    Ini Prediksi Prancis vs Maroko, Semifinal Piala Dunia 2022

    JAKARTA, BANPOS – Tak dipungkiri lagi bahwa Kylian Mbappe adalah faktor paling maut dalam skuad Prancis, namun Maroko tak menyiapkan rencana khusus dalam menyingkirkan bahaya yang muncul dari striker Paris Saint Germain itu dalam laga semifinal Piala Dunia 2022 yang kedua antara Prancis dan Maroko di Stadion Al Bayt, Qatar, Kamis dini hari esok.

    “Saya tak akan berusaha merancang rencana taktis khusus apa pun guna mengatasi Kylian,” kata pelatih Maroko Walid Regragui seperti dikutip Reuters.

    “Prancis juga memilik pemain-pemain lainnya yang bagus. (Antoine) Griezmann sedang berada di puncak permainannya dan bermain sangat baik sebagai penghubung antar lini. Ousmane Dembele juga pelengkap sempurna untuk Mbappe di sayap satunya lagi,” sambung Regragui.

    “Jika hanya fokus kepada Mbappe, maka itu salah besar. Mereka itu juara dunia, dengan pemain kelas dunia dan mereka akan bermain dengan segala yang mereka miliki. Kami hanya perlu fokus kepada apa yang bisa kami lakukan untuk menimbulkan masalah pada Prancis,” kata Regragui lagi.

    Setelah menggulingkan Belgia, Portugal dan Spanyol, Maroko berusaha memangsa lagi raksasa sepak bola dunia manakala menghadapi Prancis dalam semifinal kedua turnamen ini yang penuh balutan nuansa politik dan sosial.

    Maroko yang menjadi tim Afrika pertama yang mencapai babak empat besar Piala Dunia akan mendapatkan dukungan penuh di Stadion Al Bayt yang mereka perlukan untuk meneruskan perjalanan bak dongeng mereka.

    Pertandingan melawan bekas penjajah Maroko ini juga disambut gembira oleh komunitas Maroko yang terpinggirkan di Prancis.

    Tim Afrika Utara ini mendapatkan dukungan besar dari penonton Arab sejak fase grup yang mereka puncaki di atas Kroasia, Belgia dan Kanada. Lalu kemudian menyingkirkan Spanyol dan Portugal sebelum mencapai semifinal.

    Mereka tangguh dalam bertahan dengan hanya kebobolan satu kali yang itu pun gol bunuh diri.

    “Kami kini menjadi tim yang disukai semua orang karena kami telah membuktikan bahwa sekalipun tidak memiliki banyak talenta dan uang, kami bisa berhasil,” kata Walid Regragui.

    Prancis akan masuk gelanggang sambil menghormati lawannya yang pembunuh para raksasa. Mereka juga akan bertanding di bawah tatapan penonton yang akan lebih banyak mendukung Maroko.

    “Mereka bakal menarik manfaat dari dukungan yang sangat besar, saya sudah menyaksikan hal ini. Kami tahu ini akan menjadi laga yang sangat bising dan kami harus siap menghadapinya,” kata pelatih Prancis Didier Deschamps.

    Laga ini juga pertarungan antara dua sahabat yang sama-sama bermain di Paris St Germain, yakni Kylian Mbappe dan Achraf Hakimi.

    Inggris sukses menjinakkan Mbappe dengan menggandakan kekuatan di sektor kiri lapangan. Maroko mungkin akan melakukan hal sama, namun ini akan mengurangi daya ledak Hakimi dan Hakim Ziyech jika sibuk berusaha menjinakkan Mbappe.

    “Dalam level ini muaranya selalu soal detail,” kata Deschamps. “Kualitas saja tidak cukup, tapi dalam skuad ini juga ada kekuatan mental dan sedikit pengalaman.”

    Maroko sendiri akan tampil tanpa beban karena menang atau kalah mereka sudah dianggap pahlawan di mana-mana, khususnya di negaranya.

    Sebaliknya, Prancis memanggul beban untuk menjadi negara pertama setelah Brazil 60 tahun silam yang berhasil mempertahankan Piala Dunia.

     

    Prediksi sebelas pemain pertama

    Prancis (4-2-3-1): Hugo Lloris; Jules Kounde, Raphael Varane, Ibrahima Konate, Theo Hernandez; Aurelien Tchouameni, Adrien Rabiot; Ousmane Dembele, Antoine Griezmann, Kylian Mbappe; Olivier Giroud

    Maroko (4-3-3): Yassine Bounou; Achraf Hakimi, Jawad Yamiq, Achraf Dari, Yahia Attiat-Allah; Azzedine Ounahi, Sofyan Amrabat, Selim Amallah; Hakim Ziyech, Youssef En-Nesyri, Sofiane Boufal

     

    Skenario pertandingan

    Hugo Lloris akan tetap menjaga gawang Prancis apalagi dia tampil menawan saat menghadapi Inggris. Dia akan dilindungi duo bek tengah, Raphael Varane dan Ibrahima Konate yang sepertinya terpilih sebagai starter ketimbang Dayot Upamecano yang keteteran dalam laga melawan Inggris.

    Jules Kounde digeser ke kanan untuk menjadi bek kanan di seberang Theo Hernandez yang menempati sisi kiri pertahanan.

    Pelatih Didier Deschamps juga kembali memasangkan Aurelien Tchouameni dan Adrien Rabiot di poros permainan di lapangan tengah.

    Mereka berusaha memastikan Maroko tidak banyak menjamah sepertiga pertama area bermain Prancis dan juga memberikan ruang bermanuver kepada dua penyerang sayap Kylian Mbappe dan Ousmane Dembele.

    Selain itu mereka berusaha menjadi penyuplai bola untuk Antoine Griezmann yang berada di tengah di antara Mbappe dan Dembele, tepat di depan ujung tombak Olivier Giroud yang tampil mengesankan dalam perempat final melawan Inggris.

    Kuartet serang ini bakal tampil lebih galak dalam meneror pertahanan rapat Maroko yang mengandalkan serangan balik dalam formasi 4-3-3.

    Namun Maroko terpaksa tampil tanpa sejumlah pemain paling pentingnya seperti Walid Cheddira yang diganjar kartu merah saat menghadapi Portugal, sedangkan kapten Romain Saiss dan bek tengah Nayef Aguerd mungkin absen karena cedera.

    Di luar ketiga pemain itu, skuad Maroko siap menantang Prancis di mana Yassine Bounou yang kabarnya diincar Manchester United kembali dipasang di depan gawang untuk bersiap kembali menunjukkan performa fantastisnya.

    Mengingat Aguerd dan Saiss mungkin absen dalam laga ini, maka Bounou akan dilindungi oleh duo bek tengah Achraf Dari dan Jawad El Yamiq.

    Sedangkan Achraf Hakimi kembali menyempurnakan barisan pertahanan Maroko dengan menempati sayap pertahanan bagian kanan yang berseberangan dengan Yahya Attiat-Allah sebagai bek kiri.

    Mereka bisa menjadi bagian instrumental dalam mengendalikan pergerakan duet maut Mbappe dan Dembele di kedua sayap serangan Prancis.

    Untuk mengimbangi dominasi Prancis di lini tengah, Maroko memasang Azzedine Ounahi dalam formasi tiga gelandang sejajar bersama Sofyan Amrabat dan Selim Amallah.

    Sementara sepertiga akhir lapangan mereka akan kembali diisi Youssef En-Nesyri sebagai penyerang tengah yang diapit Hakim Ziyech dan Sofiane Boufal yang beroperasi lebih melebar di kedua sayap serangan.

     

    Statistik dan head to head

    Sebelum ini Prancis dan Maroko sudah lima kali bertemu dalam pertandingan resmi internasional. Pertama pada 1988 yang dimenangkan Prancis 2-1. Mereka kemudian memainkan laga persahabatan pada 1960-an, 70-an, dan 80-an. Prancis tidak pernah kalah dalam pertandingan resmi melawan Maroko. Terakhir mereka seri 2-2 di Paris pada 2007.

    Kylian Mbappe mencetak lima gol dari lima pertandingan sehingga melampaui jumlah golnya selama tampil dalam Piala Dunia 2018 ketika Prancis menjadi juara. Dalam usia 23 tahun, Mbappe telah mencetak sembilan gol Piala Dunia dari 12 penampilan.

    Maroko menjadi negara Arab dan Afrika pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia. Pelatih Walid Reragui menjadi manajer Arab pertama yang meloloskan sebuah tim ke fase knockout.

    Prancis adalah juara bertahan pertama yang mencapai semifinal Piala Dunia sejak Brazil pada 1998. Mereka akan berusaha dua kali berturut-turut menjadi finalis Piala Dunia sejak Brazil pada 2002. Italia (1934 dan 1938) dan Brazil (1958 dan 1962) menjadi dua negara yang menjuarai Piala Dunia dua kali berturut-turut.

    Gawang Maroko belum satu kali pun dibobol pemain lawan selama Piala Dunia ini. Mereka hanya kebobolan gol dari pemainnya sendiri ketika menang 2-1 atas Kanada di mana bek mereka, Nayef Aguerd, tidak sengaja memasukkan bola ke gawang sendiri. (ANT)

  • Ini Prediksi Perempat Final Piala Dunia 2022: Prancis vs Inggris

    Ini Prediksi Perempat Final Piala Dunia 2022: Prancis vs Inggris

    JAKARTA, BANPOS – Laga perempat final terakhir dalam Piala Dunia 2022 yang digelar Minggu dini hari esok di Stadion Al Bayt ini adalah pertemuan kelas berat antara dua tim raksasa dunia dan Eropa yang juga pemilik dua dari lima liga sepak bola profesional top di dunia.

    Kedua tim dalam level percaya diri yang sama. Prancis karena juara bertahan dan memiliki predator maut pada diri Kylian Mbappe, sedangkan Inggris karena menjadi salah satu tim termaut yang sejauh ini sudah membukukan 12 gol dalam Piala Dunia 2022.

    Inggris yang terhenti pada semifinal Piala Dunia di Rusia empat tahun lalu, kini yakin bisa menjuarai turnamen ini.

    Empat tahun lalu Inggris yang menurunkan pemain-pemain muda nan tidak berpengalaman disingkirkan via perpanjangan waktu oleh Kroasia.

    Kini skuad sama asuhan Gareth Southgate itu sudah berubah lebih matang, lebih padu dan lebih klinis yang membuat mereka yakin bisa mengulang sukses Piala Dunia 1966 yang mereka juarai itu.

    Tahun lalu dalam Euro 2022 skuad yang sama sukses mencapai final untuk takluk kepada Italia lewat adu penalti.

    Kapten mereka, Harry Kane, yakin kali ini mereka lebih sukses dari setahun lalu itu sekalipun yang dihadapi adalah juara bertahan Prancis.

    “Saya merasa keyakinan telah terbangun dan tercipta selama empat atau lima tahun terakhir. Kami memasuki turnamen ini dengan percaya bisa menjuarainya,” kata Kane seperti dikutip Reuters.

    Pelatih Gareth Southgate sendiri mengatakan pengalaman yang telah dilalui tim selama empat tahun terakhir adalah poin penting yang mengajarkan skuad mengenai bagaimana seharusnya sepak bola dimainkan.

    “Kami harus melewati dahulu berbagai cara agar memenangkan setiap pertandingan. Mentalitas adalah kuncinya, keyakinan dan mentalitas bahwa kami pantas berada di sana. Kami siap melawan Prancis untuk memperebutkan tempat semifinal,” kata Southgate.

    Pelatih Prancis Didier Deschamps sendiri menyatakan timnya akan berhati-hati menghadapi Inggris, terutama karena lawannya memiliki pemain-pemain yang piawai dalam mengeksekusi serangan balik dan bola mati.

    Deschamps yang pernah menjuarai Piala Dunia bersama Prancis baik sebagai pemain maupun sebagai pelatih, mengaku melihat Inggris tidak memiliki banyak kelemahan. Namun dia meyakinkan timnya bahwa Inggris memiliki beberapa titik yang sedikit kurang kuat.

    “Kecepatan sering menjadi salah satu penentu. Manakala Anda cepat maka lawan memiliki waktu lebih sedikit dalam merancang permainannya. Tapi Anda membutuhkan lebih dari sekadar kecepatan dalam mencetak gol,” kata Deschamps

    “Inggris sangat kuat dalam transisi di mana lebih dari separuh gol yang mereka buat berasal dari serangan balik yang cepat.”

    Sorotan dalam laga ini akan tertuju kepada bagaimana Kylian Mbappe melampaui bek sayap Kyle Walker.

    “Saya yakin Inggris bersiap menjinakkan dia, tetapi Kylian berada dalam posisi membuat perbedaan,” kata Deschamps.

    “Bahkan dalam pertandingan terakhirnya ketika tidak dalam performa terbaiknya, dia tetap menjadi penentu kemenangan (dengan mencetak dua gol saat Prancis menang 3-1 melawan Polandia),” kata Deschamps.

    Tetapi pelatih Prancis ini tak cuma memiliki Mbappe karena dia juga mengoleksi pemain-pemain yang sama berbahaya dengan Mbappe.

    Pemenang pertandingan ini akan menghadapi Portugal atau Maroko dalam babak semifinal.

     

    Prediksi sebelas pemain pertama

    Inggris (4-3-3): Jordan Pickford; Kyle Walker, John Stones, Harry Maguire, Luke Shaw; Jude Bellingham, Declan Rice, Jordan Henderson; Bukayo Saka, Harry Kane, Phil Foden

    Prancis (4-2-3-1): Hugo Lloris; Jules Kounde, Raphael Varane, Dayot Upamecano, Theo Hernandez; Aurelien Tchouameni, Adrien Rabiot; Ousmane Dembele, Antoine Griezmann, Kylian Mbappe; Olivier Giroud

     

    Skenario pertandingan

    Ketika dua tim raksasa saling berhadapan dengan kemungkinan satu tim memasang tiga penyerang dan tim satunya lagi memasang ujung tombak tunggal yang dilapis tiga pemain sayap maut, maka yang akan terjadi

    Ini karena baik Prancis maupun Inggris adalah tim-tim yang sangat mengandalkan keseimbangan bahwa serangan mereka yang maut harus disangga oleh pertahanan yang tangguh dan kuat.

    Ini adalah bukan hanya pertarungan antara trio serang Inggris yang terdiri dari Bukayo Saka, Harry Kane dan Phil Foden melawan bangunan tangguh dalam lini pertahanan Prancis yang dipimpin Raphael Varane.

    Karena ini juga pertarungan bagaimana kuartet bek Inggris yang terdiri dari Kyle Walker, John Stones, Harry Maguire, dan Luke Shaw menghentikan manuver eksplosif Ousmane Dembele, Antoine Griezmann, Kylian Mbappe dan Olivier Giroud dalam menyerbu gawang Three Lions.

    Ini juga secara khusus merupakan pertarungan antara saya maut Prancis pada diri Kylian Mbappe dengan salah satu bek kanan terbaik di dunia, Kyle Walker.

    Kemampuan Walker dalam mengatasi tusukan cepat Mbappe yang sebagian besar menjadi faktor teror tertinggi dalam skuad Prancis, adalah kunci memenangkan laga ini.

    Itu hampir sama dengan bagaimana Bukayo Saka dan Phil Foden dihadapi oleh dua bek sayap Prancis, Jules Kounde dan Theo Hernandez.

    Ini sungguh pertarungan antar lini permainan yang sangat ketat yang menyangkut tidak hanya reputasi dan harga diri tim, namun juga reputasi pribadi pemain-pemain kedua tim.

     

    Statistik dan head to head

    Inggris sejauh ini memimpin dalam 31 pertemuan sebelumnya antara kedua tim karena Inggris sudah 17 kali menang sedangkan Prancis baru sembilan kali menang. Namun 10 dari kemenangan Inggris itu terjadi sebelum 1950.

    Kedua tim sudah dua kali bertemu dalam putaran final Piala Dunia. Inggris menang 2-0 dalam fase grup Piala Dunia 1966 yang akhirnya mereka juarai, sedangkan Prancis membalas 3-1 ketika menyingkirkan Inggris dalam fase grup edisi 1982.

    Inggris telah mencetak 12 gol dari empat pertandingan Piala Dunia 2022 sejauh ini yang jumlahnya sama dengan ketika mereka mencapai semifinal Piala Dunia 2018.

    Kylian Mbappe telah mencetak lima gol dari empat pertandingan sehingga melampaui kinerja pada Piala Dunia 2018 yang akhirnya dijuarai Prancis itu.

    Harry Kane menyalip Gary Lineker sebagai pencetak gol terbanyak Inggris sepanjang masa dalam Piala Dunia berkat golnya kala melawan Senegal yang membuatnya total telah mengemas 11 gol. Dengan sudah mengumpulkan 52 gol untuk Inggris dari berbagai kompetisi, Kane hanya berselisih satu gol untuk bisa menyamai rekor gol sepanjang masa timnas Inggris yang dipegang Wayne Rooney.

    Prancis adalah juara bertahan pertama yang mencapai perempat final Piala Dunia sejak Brazil pada 2006. (ANT)