Tag: TPS-3R Kota Serang

  • Banyak TPS3R Terbengkalai, kepala Dinas LH Kota Serang Ngibul?

    Banyak TPS3R Terbengkalai, kepala Dinas LH Kota Serang Ngibul?

    SERANG, BANPOS – Selain Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS3R) di Terondol, TPS3R yang ada di Perumahan Citra Gading, Kecamatan Cipocok Jaya, pun dalam kondisi terbengkalai. Padahal, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Serang, Farach Richi, menyatakan bahwa hanya TPS3R Terondol saja yang terbengkalai.

    Berdasarkan pantauan di lapangan, kondisi TPS3R di Citra Gading hampir sama dengan kondisi TPS3R di Terondol. Hanya saja, TPS3R di Citra Gading tetap dijadikan warga sebagai tempat pembuangan sampah, namun tanpa dilakukan pengelolaan.

    Menurut warga sekitar perumahan Citra Gading, mereka tidak mengetahui soal TPS di sekitar tempat tinggalnya itu. Pasalnya sampah-sampah dari perumahan, diangkut oleh petugas kebersihan yang keliling setiap hari.

    “Saya udah 21 tahun tinggal disini, tapi gatau soal TPS atau dimana-mana nya tempat buang sampah. Soalnya sampah di komplek sini kan diangkut petugas,” ungkap Santi, warga Perumahan Citra Gading, Kamis (17/2).

    Sementara, Camat Cipocok Jaya, Tb. Yassin, membenarkan bahwa TPS3R di Citra Gading saat ini dalam kondisi terbengkalai. Ia pun membenarkan jika TPS3R di Citra Gading, dijadikan tempat pembuangan sampah, tanpa ada pengelolaan.

    “Pertama dari kesadaran masyarakat yang kurang, karena buang sampah gak semestinya. Yang kedua kita akan komunikasi intens dengan LH (Lingkungan Hidup), yang ketiga kita akan menggiatkan kembali pengelolaan TPS3R ini,” ungkap Yassin saat ditemui di Kantor Kecamatan Cipocok Jaya.

    Ia pun menuturkan bahwa pihaknya akan mengoptimalkan kembali adanya TPS3R tersebut, dengan melibatkan Lurah Cipocok dan Lurah Banjarsari. Ia juga akan berkoordinasi dengan pihak DLH mengenai anggaran untuk renovasi TPS3R di Citra Gading, mengingat bangunan tersebut telah rusak parah dan kumuh.

    “Secepatnya kami akan berkoordinasi dengan LH dan akan mengoptimalkan sesuai dengan diawal waktu dibuatnya TPS3R itu, dan akan menanyakan adakah anggaran untuk memperbaiki bangunan TPS itu,” ucapnya.

    Sekretaris Saung Hijau Indonesia (SAHID), Ridho Ali Murthado, mengatakan bahwa secara jelas, Kepala DLH Kota Serang telah membohongi publik dengan mengatakan hanya TPS3R Terondol saja yang terbengkalai. Padahal nyatanya, yang pihaknya tahu justru hanya TPS3R di Sepang yang berjalan.

    “Jelas-jelas ngibul, hampir semua TPS3R kondisinya terbengkalai. Setau kami bahkan cuma yang ada di Sepang saja yang berjalan TPS3R,” katanya.

    Ia pun mendesak agar Walikota Serang mengevaluasi Kepala DLH Kota Serang, yang telah melakukan pembohongan publik. “Apalagi jika memang dia memang meyakini hanya Terondol saja yang terbengkalai, berarti dia tidak tahu medan. Padahal sudah lama menjabat. Ini perlu dipertanyakan kinerjanya,” tandas Ridho.

    Sebelumnya diberitakan, Kepala DLH Kota Serang, Farach Richi, mengungkapkan bahwa terbengkalainya TPS3R Terondol akibat kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjalankan pengelolaannya.

    Menurut Farach Richi, hanya TPS3R Terondol saja yang pengelolaannya tidak berjalan. Tidak ada TPS3R lainnya yang bernasib sama seperti di Terondol. “Hanya di Terondol,” ucapnya.

    (MG-01/AZM)

  • TPS-3R Jadi Tempat Semedi Hantu, Ini Jawaban Kepala DLH Kota Serang

    TPS-3R Jadi Tempat Semedi Hantu, Ini Jawaban Kepala DLH Kota Serang

    SERANG, BANPOS – Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Serang, Farach Richi mengungkapkan alasan dibalik terbengkalainya Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS3R) yang berdiri di Kelurahan Trondol, Kecamatan Serang, Kota Serang. Melalui via chat, ia menyatakan bahwa kurangnya sumber daya manusia (SDM) adalah penyebab utama TPS3R itu tidak lagi berfungsi atau ‘mati’ terbengkalai.

    “TPS3R Terondol terkendala SDM yg akan mengelola,” tulisnya melalui pesan Whatsapp, Rabu (16/2).

    Diduga pihak Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Serang sebelumnya tidak memberikan pendampingan atau sosialisasi pemahaman kepada warga Kelurahan Trondol dalam teknis pengelolaan sampah.

    Seperti yang diungkapkan oleh mantan Camat Taktakan itu, bahwa pihaknya akan melakukan sosialisasi dan pelatihan kepada masyarakat setempat agar paham dalam teknis pengelolaan sampah.

    “Rencana kita melibatkan untuk kita berikan pelatihan, dan nanti akan dilakukan sosialisasi,” kata Farach.

    Agar bangunan tersebut tidak sia-sia, pihaknya berencana bahwa TPS yang kini nyaris lenyap tertutup ilalang tinggi akan kembali diaktifkan dan dibenahi pada tahun ini.

    “Di 2022 rencana TPS3R terondol kita akan mengaktifkan kembali, bismillah kita akan benahi di 2022,” ujarnya.

    Tak hanya sebagai tempat pengelolaan sampah, pihaknya berencana mengaktifkan kembali bangunan terbengkalai itu untuk memberikan pelatihan bagaimana cara budidaya maggot. Dalam usaha rencana sosialisasinya, dirinya akan melibatkan para stakeholder yakni pihak RT, RW, Lurah, pemuda setempat, hingga tokoh agama.

    “Termasuk bagaimana budidaya magot, yang nanti akan melibatkan mulai dari RT,RW, Lurah, Pemuda termasuk tokoh agama,” tutur Farach.

    Berdasarkan situs resmi Bappeda Kota Serang, madanisisatur.serangkota.go.id, tersebar sebanyak 159 TPS di Kota Serang, tetapi menurutnya hanya TPS di Kelurahan Trondol lah yang tidak berjalan pengelolaannya.

    “Hanya di terondol,” tegasnya.

    (MG-01/PBN)

  • TPS-3R Kota Serang Disebut Tempat Setan Bersemedi, Lurahnya Tidak Tahu

    TPS-3R Kota Serang Disebut Tempat Setan Bersemedi, Lurahnya Tidak Tahu

    SERANG, BANPOS – Tempat Pengelolaan Sampah Reuse, Reduce, Recycle (TPS-3R) milik Pemkot Serang yang berdiri di Kelurahan Trondol, Kecamatan Serang, Kota Serang terbengkalai dan dibiarkan ‘mati’. Banyak warga Trondol juga yang tidak mengetahui mengetahui adanya TPS3R yang kini terlihat seperti ‘sarang hantu’.

    Berdasarkan pantauan di lapangan, bagian depan gedung sudah sangat tidak terawat. Bahkan, seseorang menuliskan di dinding bangunan bahwa TPS-3R itu merupakan Tempat Setan Bersemedi. Terlihat juga bahwa pagar depan dalam kondisi penyok, hingga bangunan nyaris tertutup ilalang dan tanaman liar lain yang cukup tinggi.

    Hampir seluruh bagian dalam bangunan pun nampak rusak. Seperti pintu yang copot dari engselnya, di dalamnya pun telah ditumbuhi rerumputan liar. Selain itu, penampungan air lindi pun terisi air yang keruh dan berwarna hijau.

    Di sisi lain, beberapa alat mesin seperti komposter, masih berada di dalam ruang TPS3R, dengan kondisi yang diduga sudah rusak dan tidak lagi bisa untuk digunakan.

    Beberapa warga mengungkapkan bahwa mereka tidak mengetahui apapun mengenai TPS3R ‘mati’ itu. “Ya maaf, saya nggak tau apa-apa soal TPS itu, yang tinggal deket TPS ini kebanyakan orang-orang baru,” ujar salah seorang warga setempat.

    Selain warga biasa, salah satu RT di kelurahan itu juga mengaku bahwa ia tidak tahu menahu soal TPS3R yang ada di kampungnya itu. Bahkan menurutnya, pihak RW lah yang lebih tahu tentang seluk-beluk TPS3R yang kini terbengkalai itu.

    “Saya baru ngejabat RT disini, jadi nggak tahu soal TPS3R itu, kapan dibangunnya juga saya nggak tahu. Tapi kayanya RW sini lebih tau sih, soalnya saya kan baru ya,” ungkap Juyud, selaku ketua RT.

    Namun sayangnya, RW yang dirinya maksud itu sulit ditemui, hingga di rumahnya sekalipun. Berkali-kali BANPOS mengetuk pintu dan mengucapkan salam, namun tak ada seorang pun yang keluar dari tumah itu walaupun terlihat ada gerak-gerik orang di dalam rumahnya itu.

    Hal sama diungkapkan oleh Lurah Trondol, Atika. Dia justru mengaku enggan untuk tahu terkait permasalahan yang ada di kelurahannya, terutama permasalahan yang ada sebelum dirinya menjabat sebagai Lurah. Seperti pada persoalan terbengkalainya TPS3R yang ada di kelurahan tersebut.

    “Saya nggak tahu, saya baru ngejabat sebagai lurah pas bulan Februari 2021. Jadi saya nggak tahu apa-apa soal TPS itu. TPS itu juga kan dibangunnya udah lama banget,” ucap Atika saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (15/2).

    Ia mengatakan bahwa dirinya tidak bertanggungjawab atas pembangunan dan pengelolaan tempat itu. Ia juga mengaku tidak tahu siapa lurah sebelum dirinya menjabat.

    “Duh saya nggak tau Lurah sebelumnya, soalnya saya juga nggak pernah cari tahu siapa lurah-lurah sebelumnya. Saya juga nggak bisa ngasih informasi (program) yang sebelumnya bukan tanggungjawab saya,” kilahnya.

    (MG-01/ENK)