Tag: UIN ‘SMH’ Banten

  • Dekan FTK UIN Banten Tekankan Pencapaian Prestasi Kemahasiswaan

    Dekan FTK UIN Banten Tekankan Pencapaian Prestasi Kemahasiswaan

    SERANG, BANPOS – Organisasi Kemahasiswaan (Ormawa) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan resmi dilantik oleh Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK) Universities Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin Banten, Nana Jumhana. Kegiatan pelantikan dilaksanakan pada 5/2/2024 dan dirangkai dengan orientasi program kerja bagi para pengurus Ormawa dalam merancang dan menggunakan anggaran kegiatan secara efektif dan sesuai aturan pelaporan.

    Dalam sambutannya, Dekan FTK menyampaikan tiga hal penting terkait program-program pengurus Ormawa yang dilakukan. Pertama, Dekan FTK meminta kepada seluruh Ormawa untuk bersinergi dengan Fakultas dalam meningkatkan prestasi, khususnya prestasi non akademik.

    Peningkatan prestasi non akademik tersebut menurut Dekan sangat diperlukan karena selain untuk menghadapi abad 21 yang secara khusus menantang mahasiswa untuk selalu berprestasi, juga akan membantu dalam penambahan poin akreditasi pada Fakultas dan Program Studi.

    Menurut Dekan FTK, peningkatan prestasi akademik sudah dilakukan oleh masing-masing Program Studi, sehingga prestasi non akademik seperti soft skill dan keterampilan lain perlu ditingkatkan juga.

    “Jika para Ketua Jurusan fokus pada peningkatan prestasi akademik, maka prestasi non akademik juga perlu ditingkatkan supaya seimbang,” lanjut Nana Jumhana.

    Kedua, Dekan FTK menyampaikan pada para ketua Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) untuk melakukan koordinasi dengan para Ketua Program Studi dalam setiap kegiatan yang akan dilaksanakan.

    “Kegiatan-kegiatan dari HMPS juga harus menunjang prestasi bagi Program Studi dalam menambah poin akreditasi,” jelas Dekan FTK.

    Ketiga, secara khusus Dekan FTK menyampaikan bahwa seluruh Ormawa baik HMPS, Dema FTK, dan Sema FTK untuk serius dalam melaksanakan program kerja dan meningkatkan prestasi berbagai kompetisi yang melibatkan unsur mahasiswa di tingkat regional maupun nasional.

    Wakil Dekan III, Ali Muhtarom menambahkan bahwa pretasi sangat penting dimiliki oleh mahasiswa dalam menyambut tantangan masa depan. Persaingan di era saat ini berbeda dengan era para pendahulu, masa depan mahasiswa saat ini sangat ditentukan oleh keterampilan masa depan (future skill).

    Selain itu, menurut WD III, bahwa tim yang solid dan jaringan juga perlu ditingkatkan oleh para aktivis kemahasiswaan, khususnya para Ormawa FTK.

    Dalam rangka membangun jaringan, menurut WD III, Ormawa FTK perlu meningkatkan jejaring positif dengan instansi atau lembaga mitra Fakultas di luar kampus. Kemudian yang paling penting juga menurut WD III adalah seluruh Ormawa FTK lebih mengutamakan kepentingan Universitas dalam membangun prestasi kemahasiswaan, tambah Ali Muhtarom.

    Pada sesi orientasi program kerja kemahasiswaan, Kepala bagian tata usaha (Kabag) FTK, Ahmad Riyadi menambahkan bahwa para pengurus Ormawa FTK yang dilantik saat ini mengemban amanah yang harus dijalankan dengan sebaik-baiknya. Para pengurus Ormawa perlu membangun komunikasi dan kerjasama secara baik dengan pimpinan Fakultas.

    Selain itu, Ahmad Riyadi juga menyampaikan bahwa pengurus Ormawa harus menjadi contoh dalam sikap dan perilaku disiplin seperti mengatur waktu, menjalankan program kerja, dan melaporkan pengeluaran keuangan secara benar.

    Kabag FTK juga menambahkan bahwa segala proses yang dilakukan oleh aktivis mahasiswa, terutama para pengurus Ormawa saat ini adalah proses pembelajaran yang baik untuk bekal masa depan para mahasiswa, Lanjut Kabag FTK.

    Perlu diketahui bahwa FTK UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten saat ini memiliki sembilan Ormawa yaitu Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (Dema-F), Senat Mahasiswa Fakultas (Sema-F), Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (HMJ) PAI, Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Arab(HMJ) PBA.

    Selanjutnya, Himpunan Mahasiswa Jurusan Tadris Bahasa Inggris (HMJ) TBI, Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah(HMJ) PGMI, Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan Islam (HMJ) MPI, Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Islam Anak Usia Dini (HMJ) PIAUD, dan Himpunan Mahasiswa Jurusan Bimbingan Konseling Pendidikan Islam (HMJ) BKPI. (RED)

  • Pancasila sebagai Ideologi Pemersatu Umat Beragama

    Pancasila sebagai Ideologi Pemersatu Umat Beragama

    Oleh : Dr. Ali Muhtarom

    Dosen UIN SMH Banten

    Tidak ada seorang pun membantah bahwa keanekaragaman agama dan keragaman umat beragama di Indonesia merupakan fakta sosial, artinya setiap orang menyadari dan mengakui bahwa bangsa Indonesia terdiri dari beranekaragam agama beserta umat beragamanya.

    Meskipun demikian, bukan berarti bangsa dan negara Indonesia yang merupakan gabungan dari ribuan kepulauan di Nusantara ini tidak memiliki permasalahan atau persoalan sosial masyarakat di bidang keragaman agama.

    Persoalan pertama muncul dari ajaran keagamaan yang bersifat jastifikasi kebenaran tunggal atau hanya ajaran agama tertentu yang paling benar. Persoalan kedua adalah bahwa setiap agama memiliki visi-misi untuk memperbanyak umat dan mempertahankan umatnya. Setiap agama hampir mengajarkan kepada umatnya atau pemeluknya tentang doktrin keagamaannya.

    Dari perspektif atau kacamata ideologi keagamaan tersebut tentu sangat bisa dipahami, karena salah satu cara efektif setiap agama untuk mempertahankan umatnya adalah dengan cara menanamkan keyakinan dan ideologinya kepada pemeluknya melalui jastifikasi kebenaran ajrannya.

    Jastifikasi dan doktrin kebenaran tunggal inilah yang kemudian menjadi amunisi ampuh setiap pemeluk agama melabuhi sifat baik manusia untuk mengajak manusia lain ke jalan yang baik dan benar.

    Secara fitrah dan naluriahnya, setiap manusia menghendaki untuk selalu berbuat baik kepada sesama manusia dan alam semesta lainnya. Sehingga, wajar apabila setiap orang dengan sekuat tenaga akan mengajak orang lain untuk berbuat baik dan berprilaku seperti apa yang diyakininya.

    Meskipun ada sebagian orang yang dikuasai oleh kepentingan pribadinya, seperti mengajak orang lain berbuat baik agar diri pribadinya dapat imbalan atau keuntungan, baik imbalan yang bersifat duniawi maupun iming-iming kebaikan di akhirat.

    Namun demikian, kedua ajaran keagamaan sebagai mana disinggung di atas tersebut berpotensi membahayakan dalam konteks keragaman beragama. Hal tersebut karena setiap agama akan melakukan kontestasi dan menghalalkan segala cara untuk menyebarkan ajaran keagamaan yang dianggap paling benar di satu sisi. Kemudian di sisi lain juga akan mengajak umat agama lain untuk memeluk kebenaran agama yang diyakininya.

    Pada dasarnya, kontestasi setiap agama dalam memperbanyak umat beragamanya tidak akan menjadi persoalan atau masalah sepanjang masih dalam koredor kesepakatan atau konsensus bersama semua agama yang ada. Hanya saja, masalah akan timbul jika semua agama mempertahankan egoisme ideologi kebenaran tunggal yang mereka yakini, lebih berbahaya lagi jika setiap agama mempertahankan egoisme ideologinya itu dengan refresif atau menghalalkan segala cara, termasuk cara-cara kekerasan, mengeluarkan darah orang, hingga menghilangkan nyawa orang lain (pembunuhan).

    Semua umat beragama sangat menyadari bahwa setiap agama yang dipeluk dan ajaran keagamaan yang diimani mengajarkan tentang nilai-nilai humanitas atau kemanusiaan. Ajaran humanitas keagamaan ini hakekatnya tidak pernah memandang suku, golongan, kelompok, ras, warna kulit, dan lain sebagainya. Artinya, setiap agama mengajarkan semua umatnya untuk berbuat baik atas dasar nilai-nilai universal kemanusiaan, berbuat baik tidak mengenal suku, golongan, kelompok, ras, warna kulit, kebangsaan, dan lain sebagainya.

    Selain nilai kemanusiaan yang diajarkan atau ditanamkan oleh agama terhadap semua pemeluknya, agama juga mengajarkan tentang persatuan atau persaudaraan. Misalnya Islam mengajarkan pemeluknya untuk selalu menjaga hubungan persatuan dan persaudaraan, baik persaudaraan antar Muslim (ukhuwah Islamiyah), persaudaraan sebagai sesama manusia (ukhuwa basyariyah), maupun persaudaraan sebagai warga bangsa (ukhuwah wathaniyah). Ajaran-ajaran fundamental agama menekankan pada upaya menjaga solidaritas dan soliditas antar sesama iman dan antar sesama manusia, meskipun berbeda agama dan keyakinan.

    Pada saat yang sama, agama-agama selain Islam juga mengajarkan umatnya tentang persaudaraan dan persatuan. Menariknya, ajaran mulia tentang pentingnya menjaga persatuan dan persaudaraan ini sudah terukir rapi dalam sila ketiga Pancasila sebagai ideologi dan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Keberadaan Sila Ketiga dalam Pancasila ini secara langsung mengajarkan segenap masyarakat Indonesia bahwa, jika dalam agama dikenal istilah persatuan dan persaudaraan antar sesama iman dan antar sesama manusia yang bersifat lintas iman, maka kesepakatan bersama para pendiri bangsa Indonesia mengajarkan anak-anak bangsanya tentang persaudaraan dan persatuan antar anak sesama bangsa).

    Persatuan antar sesama anak bangsa ini lebih kuat daripada solidaritas dan soliditas antar agama dan antar lintas agama yang bersifat transnasional di era negara bangsa (nation state) hari ini.

    Keberadaan persaudaraan dan persatuan antar anak bangsa diharapkan mampu menjadi penghubung yang erat antar umat beragama di Indonesia. Apabila dalam suatu keadaan anak-anak bangsa Indonesia tercerai berai oleh perbedaan ideologi dan ajaran keagamaan, maka persatuan bangsa Indonesia akan terganggu yang dikhawatirkan terjadi beragam konflik.

    Putra-Putri bangsa tidak boleh bercerai-berai karena perbedaan yang pada hakekatnya dapat diselesaikan dengan duduk bersama melalui musyawarah untuk mufakat. Putra dan putri bangsa harus terus menjaga rumah besar yang bernama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Realitas keberagaman kehidupan masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara tersebut jika tidak secepat mungkin disadari akan memicu disharmonitas antar anak bangsa. Bisa jadi Agama yang dahulunya sebagai amunisi paling ampuh membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia akan berubah satus menjadi Agama sebagai alat peruntuh utama dalam membubarkan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Sehubungan dengan itu, untuk menjaga eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia, negara perlu hadir merangkul semua golongan umat beragama agar meresapi kembali nilai-nilai yang sudah disepakati bersama oleh para pendiri bangsa yang terdiri dari beragam aliran kepercayaan. Pancasila merupakan titik temu atau jambatan penghubung antar semua elemen bangsa Indonesia yang beraneka ragam.

    Oleh karena itu, sebagai hasil konsensus kebangsaan dan kenegaraan, Pancasila merupakan hasil akomodasi dari berbagai ideologi keagamaan yang diyakini dan diserap kebenarannya oleh segenap rakyat, bangsa, dan negara Indonesia. Sehingga, Pancasila yang merupakan refleksi dari keragaman ideologi di Indonesia berubah menjadi suatu ideologi pemersatu bagi seluruh masyarakat, umat beragama, dan rakyat Indonesia dalam menjalani kehidupan bersama, lebih khusus dalam kehidupan kebangsaan dan kenegaraan dalam bingkai NKRI. (*)

  • #BantuJanganPutusKuliah, Mahasiswa UIN Banten Galang Dana Bayar UKT

    #BantuJanganPutusKuliah, Mahasiswa UIN Banten Galang Dana Bayar UKT

    SERANG, BANPOS – Kondisi pandemi Covid-19 yang masih berlangsung hingga saat ini membuat perekonomian masyarakat terpukul. Penghasilan masyarakat yang tidak memiliki pendapatan tetap pun menurun signifikan dibandingkan sebelum pandemi.

    Sayangnya, penurunan penghasilan itu tidak berbanding lurus dengan penurunan beban ekonomi. Beberapa beban yang harus dikeluarkan oleh masyarakat, seperti beban biaya pendidikan tetap sama seperti sebelum pandemi. Kalaupun turun, tidak terlalu signifikan.

    Hal itu yang membuat Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Maulana Hasanuddin (SMH) Banten, menggelar aksi solidaritas galang dana untuk membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT), bagi mahasiswa yang tidak mampu membayar biaya kuliah akibat dampak dari pandemi Covid-19.

    Menteri Perundang-undangan DEMA UIN SMH Banten, Abdul Malik Fajar, mengatakan bahwa aksi galang dana tersebut merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kasus putus kuliah, akibat tidak bisa membayar biaya UKT.

    “Kami bersama seluruh Mahasiswa UIN SMH Banten berupaya mengumpulkan dana untuk membantu teman-teman mahasiswa yang tidak mampu sama sekali untuk membayar UKT/BKT atau biasa dikenal biaya semester, karena ekonomi yang merosot dampak pandemi Covid-19,” ujarnya, Jumat (9/7).

    Ia mengatakan, aksi galang dana yang lahir dari aspirasi mahasiswa ini, mulai dibuka donasi sejak 8-30 Juli 2021 dengan target donasi mencapai Rp100 Juta.

    “Ya kami hanya bisa berikhtiar, mencapai target atau tidaknya yang terpenting kami akan berusaha semaksimal mungkin,” ucapnya.

    Fajar menuturkan, bagi masyarakat yang ingin berdonasi, bisa memberikan donasi melalui situs Kitabisa.com dengan judul ‘Patungan biaya semester kuliah terdampak Covid-19’. Selain itu, bisa juga mengirim langsung donasi ke Bank BTN 00391-01-50-001510-8 (A.N DEMA UIN SMH Banten).

    “Kami buat dua tempat donasi pertama melalui kitabisa.com, yang kedua secara mandiri bersama seluruh Ormawa UIN Banten. Untuk konfirmasi bisa WhatsApp ke 0815-7483-5556,” jelasnya.

    Fajar menjelaskan, mahasiswa yang berhak mendapatkan bantuan dari donasi pantungan biaya UKT yaitu mahasiswa dengan kondisi ekonomi sedang tidak baik, atau mengalami dampak signifikan dari Covid-19.

    “Mana saja yang berhak mendapatkan bantuan ini, akan ada persyaratan lebih jelas nantinya. Kami berusaha objektif sesuai sasaran, jangan sampai bantuan ini menjadi uang jajan,” tegasnya.

    Presiden Mahasiswa UIN SMH Banten, Faiz Naufal Alfarisi, mengatakan bahwa gerakan galang dana patungan UKT datang dari mahasiswa untuk mahasiswa, sebuah bentuk solidaritas sesama mahasiswa.

    “Dalam keadaan sulit seperti ini, kami berusaha menjembatani teman-teman yang memiliki kesulitan untuk membayar semester dengan para donatur, jangan sampai mereka putus kuliah,” ungkapnya.

    Ia pun berharap galang dana UKT ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan seluruh mahasiswa. Pihaknya pun akan melakukan dialog dengan pihak kampus untuk membahas persoalan biaya UKT semester ini.

    “Galang dana kami jadikan sebagai solusi alternatif kemungkinan ada mahasiswa yang sampai mengalami mogok kuliah karena berbenturan dengan biaya. Kami akan berdialog dengan pihak kampus untuk meminta kebijakan adanya potongan UKT seperti semester sebelumnya,” tandasnya. (DZH)

  • Sambil Turing, KURMA Bagi-bagi Berkah Hingga Ujung Kulon

    Sambil Turing, KURMA Bagi-bagi Berkah Hingga Ujung Kulon

    SERANG, BANPOS – Sejumlah organisasi yang tergabung dalam Kolaborasi Touring Ramadhan (KURMA) menggelar touring dari Serang hingga ke Ujung Kulon, Pandeglang. Touring tersebut dilakukan sembari membagi-bagikan berbagai bantuan.

    Direktur Eksekutif Baitul Mal Ahsanu Nadiyya, Adi, mengatakan bahwa pihaknya dalam menyelenggarakan kegiatan tersebut turut melibatkan masyarakat umum, dengan membuka kesempatan untuk berdonasi kepada pihaknya.

    “Adapun donasi yang terkumpul yaitu uang tunai senilai Rp2.4 juta, buku & Al-Qur’an sebanyak 33 buah, serta bingkisan kurma berjumlah 60 paket,” ujarnya kepada BANPOS, Senin (3/5).

    Untuk jalur pendistribusian bantuan Ramadan tersebut, pihaknya memulai dari Kota Serang dan berakhir di Ujung Kulon, Pandeglang. Seluruh bantuan yang telah terkumpul pun telah diberikan kepada mereka yang berhak.

    “Kami memberikan bantuan di Kota Serang, masyarakat prasejahtera di Kampung Batu Payung Cibaliung, hingga masyarakat prasejahtera di Ujung Jaya, Ujung Kulon. Alhamdulillah semua donasi telah tersalurkan,” ungkapnya.

    Ia menuturkan, kegiatan KURMA tersebut sebagai dorongan awal untuk sama-sama meningkatkan kepedulian terhadap masyarakat, dari hal yang terkecil hingga terbesar.

    “Tanpa adanya kolaborasi dari berbagai kalangan, sangat sulit untuk melakukan sebuah kegiatan kebaikan. Semoga kegiatan KURMA tersebut tidak hanya lepas pada bulan ramadhan tahun ini, tetapi bisa memperluas jangkauan kepeduliannya,” jelasnya.

    Ketua Umum Dema FEBI UIN SMH Banten, Azi, menambahkan bahwa kegiatan KURMA merupakan inisiasi dari Rumah Kolaborasi Kita. Ia memandang bahwa hal tersebut sangatlah baik, sehingga pihaknya pun turut serta terlibat dalam kegiatan tersebut.

    “Karena mengingat juga tugas fungsi mahasiswa salah satunya ialah pengabdian. Adanya pengabdian tersebut sebagai bentuk refleksi kita selaku kaum pelajar, sehingga tidak lupa membangun perubahan di perkampungan yang jauh tersentuh dari perkotaan,” tandasnya.

    Untuk diketahui, dalam gabungan KURMA terdiri dari MES Wilayah Banten, Laz Harfa, Rumah Kolaborasi Kita, Baitulmal Ahsanu Nadiyya, LAZ Harfa, Mengejar Kebaikan, dan Dema FEBI UIN SMH Banten. (DZH)

  • Ada Isu Mahasiswa Terpapar Covid-19, Dekan FEBI UIN Banten Mengaku Belum Tahu

    Ada Isu Mahasiswa Terpapar Covid-19, Dekan FEBI UIN Banten Mengaku Belum Tahu

    SERANG, BANPOS – Pelayanan jurusan Ekonomi Syariah UIN SMH Banten ditutup sementara. Hal ini diketahui setelah tersebarnya pesan siaran yang di kalangan mahasiswa UIN SMH Banten.

    Dalam pesan siaran tersebut, disebutkan bahwa sejak 4 September hingga 20 September mendatang, pelayanan secara luring di jurusan Ekonomi Syariah FEBI UIN SMH Banten ditutup sementara.

    “Mahasiswa TIDAK BOLEH masuk fakultas dan kampus dari tanggal 4-20 September 2020. Sekalipun bimbingan, antar berkas, tanda tangan dan lain sebagainya! Tetap TIDAK BOLEH ke kampus!,” tulis pesan siaran yang mencantumkan Ketua Jurusan Ekonomi Syariah sebagai pengirimnya.

    Untuk itu, dijelaskan dalam pesan siaran itu bahwa pelayanan yang dilakukan hanya secara daring saja. Pesan siaran itu pun diminta untuk dapat disebarluaskan kepada seluruh mahasiswa jurusan Ekonomi Syariah FEBI UIN SMH Banten.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun BANPOS, sejumlah mahasiswa Ekonomi Syariah menuturkan bahwa penutupan layanan tersebut akibat adanya mahasiswa, yang terkonfirmasi positif Covid-19.

    Hal itu diperkuat dengan pernyataan dari salah satu staf FEBI UIN SMH Banten yang ditemui BANPOS. Ia menuturkan bahwa penutupan layanan jurusan Ekonomi Syariah akibat adanya satu mahasiswa yang terkonfirmasi positif Covid-19.

    “Sekarang pelayanan sedang ditutup. Soalnya kemarin ada mahasiswa yang positif Corona. Tapi saya kurang tau informasi detailnya seperti apa,” ujar pria yang tidak menyebutkan namanya tersebut.

    Melalui sambungan telepon, BANPOS mencoba untuk melakukan konfirmasi kepada Ketua Jurusan Ekonomi Syariah UIN SMH Banten, Mukhlishotul Jannah. Namun baik pesan WhatsApp maupun sambungan telepon, tidak kunjung direspon.

    Terpisah, Dekan FEBI UIN SMH Banten, Nihayatul Maskuroh, mengaku belum mengetahui perihal penutupan layanan luring jurusan Ekonomi Syariah. Begitu pula dengan kabar salah satu mahasiswa UIN SMH Banten yang terkonfirmasi Covid-19. Namun ia juga tidak menyebut informasi tersebut sebagai informasi hoaks.

    “Kan saya belum tahu. Jadi ini masih belum jelas. Belum, belum ada informasinya. Rapat dekanat juga masih belum ada,” jelasnya. (DZH)

  • Perekonomian Terpuruk, Mahasiswa UIN Tolak Bayar UKT

    Perekonomian Terpuruk, Mahasiswa UIN Tolak Bayar UKT

    SERANG, BANPOS – Pandemi Covid-19 membuat mahasiswa UIN ‘SMH’ Banten kelimpungan untuk membayar uang kuliah tunggal (UKT) pada semester depan. Pemberlakuan kuliah daring pun disebut menambah beban mahasiswa dalam setengah semester kebelakang.

    Maka dari itu, mahasiswa UIN ‘SMH’ Banten menuntut adanya pembebasan pembayaran UKT pada semester yang akan datang. Bahkan, mereka mengancam akan menggelar demonstrasi besar-besaran dan mogok bayar UKT apabila pihak kampus tidak melirik tuntutan mereka.

    Ketua Forum Silaturahmi Organisasi Eksternal (FSOE) UIN ‘SMH’ Banten, Dede Ruslan, mengatakan bahwa ditengah pandemi seperti saat ini membuat perekonomian dari mahasiswa UIN menjadi terpuruk akibat PHK maupun hal lainnya.

    “Dari dampak pandemi Covid-19 ini, banyak orang tua mahasiswa yang terkena PHK. Namun bukan hanya pekerja yang terkena PHK saja, mulai dari sektor informal, buruh serabutan dan pengangguran pun ikut terdampak dari virus ini,” ujarnya, Selasa (9/6).

    Ia menuturkan bahwa tidak adanya kuliah secara fisik atau tatap muka membuat mahasiswa tidak menggunakan fasilitas kampus. Menurutnya, hal tersebut dapat menjadi alasan yang kuat untuk membebaskan biaya perkuliahan pada semester depan.

    “Kami kan tidak menggunakan fasilitas kampus semenjak kampus diliburkan karena adanya pandemi Covid-19. Ditambah lagi kami harus mengeluarkan kuota yang cukup banyak untuk melakukan kuliah daring yang kami nilai tidak efektif,” tuturnya.

    Pihaknya pun mendesak agar pihak kampus dapat memahami akan hal tersebut dan membantu meringankan ekonomi keluarga dari mahasiswa. Pihaknya juga mengancam akan melakukan aksi unjuk rasa apabila tuntutannya tersebut tidak terpenuhi.

    “Kami mendesak agar pihak kampus untuk memahami akan hal ini. Apabila tuntutan kami tidak ada respon maupun tidak terpenuhi, kami akan melakukan demonstrasi di kampus bersama ribuan mahasiswa lain yang keberatan terkait pembayaran UKT,” tegasnya.

    Senada, Koordinator Umum KMS 30, Fikri Maswandi, mengatakan bahwa pada semester berjalan saat ini, mahasiswa sudah terlanjur melakukan pembayaran UKT namun tidak menikmati sepenuhnya fasilitas kampus.

    “Idealnya pihak kampus harus mendistribusikan fasilitas daring seperti paket data, ini menjadi keresahan bersama juga. Kami pun menuntut agar kuliah semester depan tidak mesti pembayaran UKT lagi,” terangnya.

    Selain itu, kata Fikri, pihak kampus juga harus menyediakan fasilitas kuota bagi mahasiswa yang saat ini membutuhkan hal itu untuk melakukan kuliah daring.

    “Atas kondisi itu, tidak ada alasan bagi mahasiswa untuk tidak menolak pembayaran UKT semester depan. Dan kampus harus menyediakan kuota bagi mahasiswa yang melakukan kuliah daring,” tandasnya. (DZH)