Tag: Universitas Latansa Mashiro

  • Unilam Bentuk Satgas Kekerasan Seksual

    Unilam Bentuk Satgas Kekerasan Seksual

    LEBAK, BANPOS – Universitas Latansa Mashiro (Unilam) Rangkasbitung berkomitmen untuk mencegah tindakan kekerasan seksual, di lingkungan kampus. Hal itu dilakukan dengan membentuk satuan tugas (satgas) pencegahan penanganan kekerasan seksual (P2KS).

    Wakil Ketua Bidang Akademik dan Kemahasiswaan pada Unilam Rangkasbitung, Mochamad Husen, mengatakan bahwa pembentukan Satgas P2KS itu merupakan upaya, untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual di lingkungan kampus.

    “Kami berharap dengan terbentuknya Satgas P2KS itu dapat mengantisipasi pelecehan seksual di lingkungan kampus,” ujarnya, Rabu (28/9).

    Meski sejauh ini belum ada temuan maupun pelaporan adanya korban pelecehan dan kekerasan seksual yang dialami mahasiswa, namun ia mengatakan bahwa pembentukan Satgas P2KS tetap perlu untuk dilakukan.

    Menurutnya, Satgas itu nantinya akan memberikan penyuluhan dan edukasi di lingkungan kampus, untuk mencegah dan mengantisipasi pelecehan maupun kekerasan seksual.

    Selain itu juga, ia menuturkan bahwa satgas tersebut akan menangani dan menyelesaikan kasus pelecehan seksual, jika terjadi terhadap para mahasiswa, baik wanita maupun laki-laki.

    Namun, ujar Husen, jika ada kasus kekerasan seksual itu tidak bisa ditangani dan diselesaikan oleh satgas, maka kasus itu akan diproses ke penegak hukum kepolisian setempat.

    “Kami selalu mengingatkan mahasiswa jangan sampai terjadi pelecehan maupun kekerasan seksual,” katanya.

    Ia mengatakan saat ini, regulasi kampus Unilam Rangkasbitung membatasi para mahasiswa yang menyelenggarakan kegiatan akademis dan ekstrakurikuler sampai pukul 21.00 WIB.

    Selain itu juga, mahasiswa dan dosen setiap pekan sekali melakukan doa asmaul husna dan membaca sholawat, guna mengingatkan agar terhindar dari perbuatan yang tercela, termasuk kekerasan seksual.

    “Pihak kampus juga akan bertindak tegas bagi mahasiswa yang terlibat pelecehan dan kekerasan seksual akan dikeluarkan,” ungkapnya.

    Diketahui, Unilam Rangkasbitung memiliki 2.000 orang mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa itu selain berasal dari wilayah Provinsi Banten juga ada dari Lampung dan Aceh.

    “Kami meyakini dengan terbentuknya Satgas P2KS itu diharapkan ke depan tidak ada mahasiswa korban kekerasan seksual,” tandasnya. (DZH/ANT)

  • Pokja Wartawan Lebak Ungkap Mahasiswa Wajib Tangkal Hoaks

    Pokja Wartawan Lebak Ungkap Mahasiswa Wajib Tangkal Hoaks

    LEBAK, BANPOS – Era digital membuat banyak informasi hoaks berkeliaran. Penyebaran hoaks tersebut pun sangat mudah dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab.

    Oleh karena itu, mahasiswa dituntut agar dapat menjadi benteng atas massifnya hoaks yang beredar di masyarakat.

    Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ketua Umum Pokja Wartawan Lebak, Mastur Huda, di hadapan puluhan mahasiswa Universitas Latansa Mashiro dan STAI Washilatul Falah, pada kegiatan Pusat Pendidikan Wawasan Kebangsaan, Sabtu (29/7) di gedung STAI Wasfal.

    “Mudahnya mendapatkan informasi ini tentu memiliki dampak positif dan negatif.

    Mahasiswa sebagai agen social control, harus mampu mengarahakan kepada hal postif dalam penerimaan informasi di tengah masyarakat,” ujar Mastur.

    Mastur menjelaskan, sebagaimana pengalaman ia bergelut di dunia jurnalistik, hoaks sering kali bermunculan di setiap saat.

    Bahkan, lanjutnya, di momentum menjelang politik seperti saat ini, berbagai berita bohong dengan tujuan kepentingan suatu pihak biasanya mulai beredar di tengah masyarakat.

    “Demi menjaga keutuhan serta mencerdaskan bangsa, mahasiswa dan masyarakat harus saling mengingatkan untuk bisa menangkal hoaks, dengan selalu mencari kebenaran dari setiap informasi yang diterima,” ungkapnya.

    Sementara itu, Mahasiswa Universitas Latansa Mashiro, Yazid Alhudri, mengatakan bahwa penyampaian materi dari Ketua Pokja Wartawan Lebak sangat dibutuhkan di era modern, yang mana penerimaan informasi bagi masyarakat di seluruh kalangan semakin berkembang.

    Menurutnya, kebutuhan edukasi dalam penerimaan informasi haruslah terus digencarkan. Karena tidak hanya orang tua, usia remaja pun masih dapat keliru dan mudah terbawa arus saat melihat informasi yang muncul di berbagai platform media sosial.

    “Bukan hanya orang tua dan remaja ya, hampir kebanyakan masyarakat sekarang mudah terganggu dan bahkan sampai asal share aja. Dengan adanya materi ini, kita bisa semakin paham hal-hal apa saja yang harus diperhatikan dalam menerima dan membagikan informasi,” jelas Yazid. (MYU/DZH)