Tag: wanasalam

  • Tujuh Hari Tujuh Malam Aksi Mahasiswa di Depan Kantor Bupati Lebak, Wabup Ade Sumardi Nengok

    Tujuh Hari Tujuh Malam Aksi Mahasiswa di Depan Kantor Bupati Lebak, Wabup Ade Sumardi Nengok

    LEBAK, BANPOS – Gelar aksi unjuk rasa mahasiswa yang tergabung dalam Komunitas Mahasiswa Taktis Wanasalam (Matadewa) yang protes kecewa terhadap kinerja dan beragam kebijakan Pemkab Lebak berlangsung sudah berlangsung 7 hari lebih di depan Pendopo Kantor Bupati Lebak.

    Diketahui, aksi itu hingga kini sudah berjalan seminggu sejak Kamis (25/05) lalu, mereka melakukan aksi diam dalam tenda, hal ini membuat Wakil Bupati Lebak, Ade Sumardi akhirnya datang menyambangi dan mengajak bincang para pengunjuk rasa, Rabu (31/05) kemarin.

    Wakil Bupati Lebak, Ade Sumardi di lokasi kepada wartawan menyampaikan, pihaknya sangat mengapresiasi aksi tersebut. Dan pihaknya juga menerima aspirasi yang disampaikan Matadewa.

    “Ini bagus, kita terima aspirasinya. Hanya saja terus terang Mata bupati cuma dua, mata wakil bupati cuma dua, merekalah mata-mata kita sehingga apa yang di temukan di lapangan bisa di sampai ke kita,” ungkap Ade Sumardi.

    Sementara saat disinggung mengenai sikap lambatnya menemui massa aksi sehingga harus sampai menginap enam malam, Ade mengaku sedang di luar kota.

    “Saya 5 hari ini jujur tidak ada di Lebak, Saya ada kegiatan di Jakarta. Kemarin teman-teman dari Polres Lebak nelpon saya, dikira Saya teman-teman aksi sudah ada yang menemui. Pas hari pertama saya minta pak Asda I untuk menemui, tapi kan teman-teman gak mau. Makanya tadi malam saya telpon pak Tanto, Saya sampaikan besok pagi saya temui mereka, saya tanya aspirasinya apa. Jadi bukan membiarkan yah,” dalih Wabup Lebak menjelaskan.

    Sementara, Korlap aksi, Nurdin kepada BANPOS mengatakan bahwa aksi yang berlangsung satu minggu itu merupakan bentuk kekecewaan terhadap kinerja Bupati dan Wakil Bupati Lebak, terkait kemiskinan, Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Upah Minimum Kumulatif (UMK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

    “Aksi yang kami lakukan merupakan bentuk kekecewaan terhadap kinerja dari Pemkab Lebak, seperti halnya jumlah kemiskinan yang terus meningkat bahkan jumlah penduduk miskin Tahun 2022 menurut data BPS lebih banyak dari Jumlah penduduk miskin tahun 2011, indeks kedalaman dan keparahan kemiskinannya justru lebih buruk dari tahun tahun 2010. Selain itu juga IPM Lebak, UMK dan TPT,” ungkap Nurdin.

    “IPM Kabupaten Lebak selalu menjadi yang terendah di provinsi Banten, begitupun dengan UMK yang juga ada diposisi terendah, TPT juga sama. TPT kita yang sekarang jauh lebih banyak dari TPT Tahun 2013, ini jelas merupakan bukti betapa buruknya kinerja Pemkab Lebak,” imbuhnya.

    Hal lainnya, juru bicara Matadewa ini juga menyoroti sikap birokrasi di Lebak yang ditudingnya seperti anti terhadap demontrasi lantaran pihak Pemkab Lebak baru mau menemui dan berdialog dengan massa aksi pada hari ke tujuh.

    “Kami meminta agar Bupati dan Wakil Bupati Lebak jangan anti terhadap demonstrasi, kami sudah melakukan aksi menginap di depan kantor bupati Lebak selama 7 hari 7 malam, dan pada hari ke 7 ini baru ditemui, ini jelas bukan sikap dan respon yang baik dari seorang pemimpin Lebak,” beber Nurdin.

    Senada, Koordinator Matadewa, Repi Rizali menyampaikan soal kondisi infrastruktur Lebak yang sangat miris. Menurutnya, di hampir semua pembangunan jalan di Lebak tidak pernah ada yang tahan lama dikarenakan, kata dia, kualitas pembangunan yang asal-asalan.

    “Kita juga mirus dengan kondisi infrastruktur Du Lebak, seperti pembangunan jalan yang terkesan asal-asalan, tidak pernah terpakai lama karena cepat rusak. Padahal anggaran yang digelontorkan sangat besar dan bernilai fantastis. Ini juga jelas berdampak pada laju ekonomi warga, terutama untuk akses hasil kebun dan pertanian sangat kesulitan,” papar Repi.

    Aksi mahasiswa ini, pada Kamis malam (01/06). Menurut informasi akan bergeser ke Ibu Kota Provinsi Banten di Serang, mereka juga akan menggelar aksi yang sama di area KP3B. (WDO)

    Caption : Ade Sumardi saat menyambangi mahasiswa dari Wanasalam yang menggelar aksi protes selama 7 hari 7 malam pada kebijakan Pemkab Lebak selama ini. Rabu (31/05)

  • Akibat Listrik Korslet, Tiga Rumah Terbakar di Wanasalam

    Akibat Listrik Korslet, Tiga Rumah Terbakar di Wanasalam

    WANASALAM, BANPOS – Akibat dari korsleting listrik, tiga rumah semi permanen di Kampung Warung Jogjog RT 001/001 Desa Cilangkap Kecamatan Wanasalam habis dilalap api. Ketiga rumah itu diketahui milik Darsim, Odin dan Rosid pada Minggu sore (6/3) sekitar Pukul 16.00 WIB.

    Topan Ghifari, salah seorang saudara Darsim mengungkap, untuk sementara korban ditampung di rumah tetangga dulu.

    “Itu rumah saudara saya, sementara saudara saya tinggal di tetangga, sambil masih mencari barangkali masih ada barang-barang yang bisa diselamatkan,” ungkap Topan kepada BANPOS.

    Senada, Kepala Desa (Kades) Cilangkap, Rosita di TKP menutur bahwa kebakaran itu diduga dari korsleting listrik hingga terjadi kebakaran di rumah milik Darsim, karena rumah semi permanen itu berdempetan lalu api merambat ke rumah Odin dan Rosid.

    “Saat kejadian, kami dan warga berupaya untuk memadamkan kobaran api, namun api terus membakar tiga rumah itu hingga rumah pa Darsim habis,” kata Rosita.

    Menurut Kades, atas insiden tersebut, pihaknya turut prihatin dan mengimbau kepada warga untuk lebih berhati-hati dan sama-sama saling menolong agar para korban merasa terbantu.

    “Saya turut prihatin, semoga korban diberikan kesabaran, insha Allah kami dari pihak pemerintahan desa akan sama-sama mencari solusi agar rumah Pak Darsim segera dibangun, sehingga pak Darsim bisa kembali tinggal di rumahnya tersebut,” tuturnya.

    Untuk sementara, kata Rosita, saat ini masih berupaya mengumpulkan barang yang bisa diselamatkan, dan korban diungsikan di rumah tetangga dan saudaranya.

    “Tidak ada korban jiwa, namun kerugian ditaksir sekitar Rp 100 jutaan,” paparnya.

    (WDO)

    Akibat dari korsleting listrik, tiga rumah semi permanen di Kampung Warung Jogjog RT 001/001 Desa Cilangkap Kecamatan Wanasalam habis dilalap api. Tampak puing-puing salah satu rumah sisa terbakar, Minggu sore (6/3).

  • Pengusaha Lokal Binuangeun Gelar Turnamen Bola Voli se-Bansel

    Pengusaha Lokal Binuangeun Gelar Turnamen Bola Voli se-Bansel

    BAKSEL, BANPOS – Open turnamen Bola Voli Muara Cup digelar dan diikuti oleh 33 tim se-Banten Selatan (Bansel). Dalam pertandingan, ada dua kategori terdiri dari 18 tim putri dan 15 tim putra, perhelatan ini resmi dibuka oleh Kepala Desa (Kades) Muara Ujang Hadi, Selasa (08/02).

    Diketahui, turnamen Bola Voli yang diikuti oleh beberapa tim yang ada di Bansel ini diikuti dari beberapa Kecamatan, seperti Wanasalam, Malingping, Bayah, Cikeusik, Cibaliung, Munjul Sumur, Gunungkancana, Banjarsari dan lain-lain. Momen ini merupakan open turnamen bola voli yang diselenggarakan oleh para pengusaha lokal yang ada di wilayah Desa Muara Kecamatan Wanasalam.

    Sekretaris Panitia, Apud Bendot kepada BANPOS mengatakan bahwa giat ini atas kesepakatan para pengusaha untuk menggelar ajang turnamen tersebut, sehingga terselenggaranya open turnamen ini terkesan mendadak namun dapat sambutan positif dari semua tim yang ikut.

    “Ini tidak ada sponsor, hanya ini terselenggara atas kerjasama para pengusaha lokal di sini saja,” ujar Apud.

    Sementara, Kades Muara Ujang Hadi membenarkan bahwa ajang turnamen tersebut selain menumbuhkan bakat talenta di dunia olah raga voli juga sebagai ajang persaudaraan antara atlet.

    “Intinya sisi positif dari penyelenggaraan turnamen ini adalah kita bisa membangkitkan kembali ajang olahraga bola voli yang mana sekarang sudah jarang digelar. Mudah-mudahan saja akan tumbuh bakat-bakat atlet baru dari sini. Selain itu apresiasi ajang ini cukup bagus, yang daftar pun banyak, dan ini bisa jadi ajang silaturahmi antara atlet bola voli di Banten Selatan,” paparnya.(WDO/ENK)

  • Puluhan Tahun HGU Ditelantarkan, Warga Pemilik Trauma

    Puluhan Tahun HGU Ditelantarkan, Warga Pemilik Trauma

    WANASALAM, BANPOS – Persoalan hak milik tanah yang sempat dikuasai perusahaan PT P yang lebih dari 25 tahun tiada kejelasan, lahan tanah itu meliputi tiga desa di Kecamatan Wanasalam, yakni Cipedang, Muara dan Wanasalam. Kini setelah puluhan tahun menuai beragam permasalahan, warga pemilik lahan banyak mengalami trauma.

    Mewakili warga pemilik lahan, Muhammad Jakri mengatakan, ratusan warga di kini mengalami trauma, lantaran puluhan hektar tanah miliknya yang masuk ke dalam Hak Guna Usaha (HGU) PT P diplot tanpa ada kompensasi atau proses jual beli resmi sebelumnya.

    Dijelaskan Jakri, ada beberapa warga yang mengalami gangguan jiwa karena dipaksa untuk menjual tanahnya. “Proses pembebasan secara HGU yang dilakukan oleh PT P belum selesai mereka lakukan, memang ada yang dibeli, tapi ada juga tanah-tanah warga yang diduga diambil secara paksa,” ungkap Jakri, Kamis (3/2).

    Menurut Jakri, berawal dari kehadiran PT P di kawasan Wanasalam sekitar tahun 1993. Saat itu, perusahaan menyampaikan akan berinvestasi dengan membangun tambak udang dan akan mempekerjakan masyarakat setempat.

    “Jadi dari tahun 1993 sampai 1998 HGU yang dipegang PT P tersebut nggak pernah ada aktivitas resmi sesuai janji mereka dengan menumbuhkan ekonomi warga. Jadi dalam kurun lima tahun itu (1993-1998) mereka hanya menghancurkan dengan menebangi pohon yang ada di sana. Dan sejak 1998 hingga sekarang tanah itu telantar. Ini adalah sejarah kelam warga Desa Muara yang dulu kerap diintimidasi agar menyewakan lahannya secara paksa,” ungkap Jakri.

    Jadi, jelas Jakri, persoalan yang terjadi di wilayahnya itu masih belum usai juga, sebab tanah milik warga belum diselesaikan, bahkah dirinya dapat kabar bahwa PT P akan memperpanjang HGU di Badan Pertanahan Nasional (BPN) pada lahan yang dikosongkannya itu.

    “Tahun 2018 HGU PT P telah selesai, tapi katanya mereka akan memperpanjang HGU tersebut di BPN, tapi persoalan yang ada di masyarakat Wanasalam belum selesai, mereka belum menyelesaikan persoalan ini dengan warga. Bahkan ratusan hektar tanah warga diplot masuk ke dalam HGU PT P, tapi tak ada proses jual beli atau proses sewa menyewa,” jelas Jalur.

    Senada disampaikan mantan Kepala Desa Muara, Endang menyebut ada sekitar 201 Hektar tanah di Desa Muara yang masuk ke dalam HGU PT P.

    “Jadi tanah di tiga desa yang ada di Wanasalam banyak dicaplok dan dikuasai oleh PT P tanpa adanya proses pembelian atau sewa dengan masyarakat yang dari dulu menguasainya. Intinya warga di sini minta BPN agar menyelesaikan persoalan pencaplokan tanah di Wanasalam ini secara adil,” tutur Endang.

    Endang pun tak memungkiri banyak warga di desanya yang mengalami gangguan jiwa akibat diintimidasi agar menjual tanahnya ke PT P. Karena masyarakat yang ada di tiga desa tersebut geram dengan kondisi saat ini.

    Dalam hal ini dirinya berharap, BPN bisa hadir dalam penyelesaian persoalan pencaplokan tanah milik warga yang dikuasai oleh PT P dengan cara pemaksaan.

    “Intinya warga tak anti pembangunan dan investasi, kalau memang mau diperpanjang atau dikuasai lagi oleh PT P, saya berharap persoalan dengan warga segera diselesaikan dulu, tentunya BPN juga harus hadir di tengah-tengah masyarakat yang kini trauma,” terang Endang.

    Terpisah, Kepala Wilayah BPN Provinsi Banten, Ruby Rubijaya kepada wartawan mengaku akan melakukan pemeriksaan terkait hal yang terjadi di Wanasalam tersebut. Namun pihaknya belum bisa menanggapi polemik yang terjadi di Kecamatan Wanasalam.

    “Terimakasih informasinya, dan saya akan cek dulu datanya,” ungkapnya.

    (WDO)

  • Lumba-lumba Hitam Berbobot 250 Kg Ditemukan Mati Terdampar di Wanasalam

    Lumba-lumba Hitam Berbobot 250 Kg Ditemukan Mati Terdampar di Wanasalam

    WANASALAM, BANPOS – Seekor mamalia laut jenis lumba-lumba berwarna hitam kelamin betina berukuran panjang 2,5 Meter dan berbobot sekitar 250 Kilogram ini ditemukan warga terdampar di pesisir perairan laut Blok Pantai Cemara, Kampung Duraen Desa Muara Binuangeun Kecamatan Wanasalam, Senin (11/5/2020) sore.

    Keterangan yang didapat BANPOS, mamalia laut ini ditemukan warga nelayan menggelepar-gelepar terdampar pada Senin siang (11/05) sekitar pukul 11.30 siang Wib dalam kondisi masih hidup dan badannya penuh luka. Namun karena susahnya evakuasi, hewan laut besar itu pada sore hari akhirnya mati dan jadi tontonan warga.

    Sebagaimana dijelaskan Mumu Mahmudi yang juga Ketua Balawista Kabupaten Lebak menyebut, lumba-lumba yang terdampar di pesisir pantai Cemara Kampung Duraen Kecamatan Wanasalam itu susah dievakuasi ke laut,” Awalnya siang sekitar pukul 11.30 sudah terdampar, masih hidup dan badannya penuh luka. Dan karena susah dievakuasi ke tengah laut akhirnya sore harinya mati,” ujarnya, Senin petang (11/05).

    Menurut Mumu, mamalia air itu berjenis betina dengan warna hitam. “Bobotnya sekitar 250 kilogram dan panjangnya 2,5 meter,” kata Mumu.

    Sementara Kapolsek Wanasalam Iptu Sudedi, kepada BANPOS membenarkan bahw pihaknya sudah turun ke TKP. “Saat mendapat laporan masyarakat kami langsung turun bersama anggota Polsek Wanasalam, kanit Reskrim Bripka Semin dan Brigadir Irfan Rudiyana,” katanya.

    Menurutnya, lumba-lumba itu awal dilihatnya masih terdampar di pasir Pantai Cemara Kampung Duraen Desa Muara, “Untuk selanjutnya bahan pemeriksaan terhadap lumba-lumba tersebut kita menunggu tindak lanjut dari DKP Provinsi Banten,” ungkap Sudedi.

    Perlu diketahui, dalam wikipedia dijelaskan lumba-lumba itu sebagai hewan mamalia air atau dolphin dari kelimpok Ordo Cetartiodatctyla yang dikelompokan dalam famili Dolphinidae dengan ragam jenis yang berjumlah belasan. Selain itu, lumba-lumba ini disebut juga Risso’s Dolphin atau terkadang disebut Grey Dolphine dengan nama latin Grampus Griseus, biasanya dengan ukuran panjang 2,6 hingga 4 Meter dan bobot 300 hingga 500 kilogram.(WDO/ENK)

  • Irigasi Tersumbat, Puluhan Rumah di Cikeusik Terendam Banjir

    Irigasi Tersumbat, Puluhan Rumah di Cikeusik Terendam Banjir

    LEBAK, BANPOS – Puluhan rumah warga di Kampung Cikeusik, Desa Cikeusik, Kecamatan Wanasalam, Kabupaten Lebak terendam banjir, Jumat (8/5/2020).

    Ketinggian air diperkirakan mencapai 30 – 50 centimeter. Banjir yang terjadi disebabkan curah hujan yang tinggi disertai angin kencang yang melanda wilayah tersebut selama kurang lebih tiga jam.

    Selain akibat curah hujan yang tinggi, banjir yang merendam puluhan rumah warga itu akibat kondisi saluran irigasi menuju ke persawahan tersumbat sehingga air tidak lancar mengalir.

    “Ketinggian diperkirakan 30-50 Centimeter. Akibat hujan deras dan penyebab lain kemungkinan besar akibat saluran air tersumbat sehingga air tidak lancar mengalir ke daerah persawahan,” kata Roni, warga yang rumahnya terendam banjir.

    Kepala Desa Cikeusik, Enjang Palah membenarkan terjadinya banjir yang merendam rumah warganya yang berada di Kampung Cikeusik. Menurutnya, rumah warga yang terendam banjir itu sekitar 50 rumah.

    “Iya benar, banjir terjadi karena hujan deras. Sekdes yang berada di lokasi, tidak ada laporan dari Sekdes kalau ada rumah warga yang rusak. Air sudah mulai surut,” katanya.(CR-01/PBN)

  • Hujan Lebat, Nelayan Binuangeun Tersambar Petir Saat Nunggu Bangkrak

    Hujan Lebat, Nelayan Binuangeun Tersambar Petir Saat Nunggu Bangkrak

    BINUANGEUN, BANPOS – Hujan lebat yang disertai petir di Lebak selatan (Baksel) menimbulkan petaka. Seorang nelayan bernama Herman (40), warga asal Kampung Harapan Desa Muara Binuangeun Kecamatan Wanasalam dilaporkan tersambar petir saat menjaga Bangkrak (perahu bambu) di pantai Tanjung Panto Binuangeun, pada Rabu (06/05) sore sekitar Pukul 16.00 WIB.

    Korban mengalami luka bakar cukup parah di sekujur tubuhnya, korban langsung dilarikan ke RSUD Malingping.

    Diketahui, peristiwa naas itu dialaminya saat dirinya tengah menjaga Bangkrak bambu atau jenis bagan ukuran kecil di sekitaran Pantai Tanjung Panto Kecamatan Wanasalam.

    Saat kejadian, lokasi sedang diguyur hujan cukup deras yang membuat Herman harus berteduh di dalam bangkrak, seketika petir langsung menyambar bangkrak miliknya.

    Disebutkan, korban ditemukan saksi yang juga kerabat korban bernama Pendi (42), saat itu saksi tengah membawa perahu kincang di sekitar perairan Tanjung Panto, kemudian saksi mendarat dan langsung membawa korban ke Puskesmas Binuangeun untuk diberikan pertolongan.

    “Ya kejadiannya sekitar jam 4 sore tadi, Saya lagi membawa perahu kincang lalu saya melihat sodara saya itu kesamber petir, saya langsung minta tolong ke orang-orang,” katanya.

    Senada, Moch Taupik warga Desa Muara saat dihubungi mengatakan peristiwa tadi sore itu diawali hujan lebat yang disertai kilatan petir sejak siangnya.

    “Ya benar, tadi ada nelayan di Tanjung Panto yang dilaporkan tersambar petir. Hujannya disertai petir sejak jam 2 siang, korban sudah tertolong, setelah dibawa ke puskesmas langsung dirujuk ke Malingping,” ujar Taupik.

    Terpisah, Kapolsek Wanasalam Iptu Sudedi kepada BANPOS membenarkan peristiwa tersebut dan korban masih dirawat. “Ya benar tadi sore ada nelayan yang tersambar petir di Tanjung Panto, sekarang sudah dirawat di RSUD Malingping,” jelasnya.(WDO/ENK)